9. Kita?

9.1K 1.2K 30
                                    

"Assalamualaikum, permisi"

Ucap seseorang dari luar rumah memberi salam. Anjani yang saat itu sedang menonton televisi dengan paha bang Guntur sebagai bantalan langsung duduk dengan bola mata melebar, Anjani kenal dengan suara itu, sangat kenal.

Jantung nya berpompa cepat saat melihat bapak yang berjalan kearah pintu depan. Anjani berdiri mengikuti bapak secara diam-diam, bersembunyi di dekat pembatas dinding antara ruang tamu dan ruang keluarga.

"Waalaikumsalam"

Bapak membuka pintu dan melihat seorang lelaki muda nan tampan berdiri di depan pintu rumah nya.

"Selamat malam om" Jefri mencium tangan bapak dengan sopan.

"Malam, cari siapa ya nak?"

Tanya bapak, pasal nya ia tidak pernah melihat wajah ini datang bertamu kerumah teman Guntur tidak mungkin terlihat ia masih muda, pasti teman Anjani pikir bapak.

"Perkenal kan nama saya Jefri om senior Anjani di kampus"

"Oh teman nya adek, sebentar ya saya panggil dulu"

Jefri mengangguk kan kepala nya, sedang kan Anjani menepuk jidat. Sebelum magrib tadi Jefri memang menghubungi Anjani untuk minta di temani ke sekretariat bem fakultas dan dengan bodoh nya Anjani mengiya kan, karena ia pikir Jefri hanya bercanda terlebih pesan terakhir Anjani hanya di baca oleh Jefri dan sekarang dengan tiba-tiba ia sudah ada di depan rumah.

Bapak berniat ke ruang keluarga memanggil Anjani tapi sudah lebih dulu melihat anak bungsu nya itu berdiri di dinding pembatas sambil memukul jidat.

"Adek itu ada senior kampus yang nyari"

"Eh? Iya pak"

"Disuruh masuk teman nya kasih minum, bapak kebelakang dulu"

Bapak memang begitu, selalu ramah dengan setiap tamu yang datang, terlebih bapak juga tidak membatasi pertemanan anak-anak nya baik perempuan atau laki-laki selagi itu masih di batas wajar.

"Eh kak Jefri ada apa ya?" Tanya Anjani pura-pura berbasa-basi padahal sudah jelas Jefri datang untuk menjemput nya.

"Mau nagih hutang" jawab Jefri datar.

"Hehe" balas Anjani cecengesan.

Mendapat jawaban itu wajah Jefri terlihat lebih datar tapi tetap masih tampan.

"Masuk dulu kak"

Anjani mempersilahkan Jefri masuk, ruang tamu ini tidak terlalu besar hanya ada kursi sofa, jam lemari jati disudut ruangan, dan lemari kayu berisikan gelas dan piring-piring antik milik ibuk.

Lalu di dinding yang berdominan berwarna putih itu terpajang sebuah foto keluarga yang lumayan besar, serta foto-foto dengan ukuran kecil lain nya.

"Mau minum apa kak?"

"Ngga usah"

Aduh Anjani bingung dibuat nya kenapa Jefri terlihat badmood dengan diri nya?

"Jadi ngak mau ya nemeni gue ke sekre bem?"

"Mau kok bentar ganti baju dulu, sama mau minta izin sama orang rumah"

"Ganti baju aja sana, kalo yang minta izin biar gue aja"

Renjani hanya mengangguk kan kepala nya. Dan hal yang ia lihat saat kembali ke ruang tamu adalah sofa ruang tamu yang awal nya hanya di duduki Jefri kini disana sudah di isi oleh bapak, ibuk, dan bang Guntur. Mereka berempat terlihat asik mengobrol padahal baru lima belas menit ia meninggal kan Jefri.

Kuliah [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora