16. Mendengarkan.

7.1K 1.1K 23
                                    

Menjadi pendengar yang baik itu sulit. Tidak semua orang bisa melakukannya, butuh proses yang panjang untuk bisa ke tahap itu. Selain mendengar kata-kata dari si pembicara, kita juga mesti memperhatikan cara bicara dan intonasi dari lawan bicara.

Mendengar untuk mengerti bukan merespons.

Itu salah satu kutipan dari buku yang pernah Anjani baca. Tidak heran ada banyak orang yang sampai akhir hayat nya tidak bisa menjadi pendengar yang baik. Tidak jarang dalam satu pembicaraan jika si A bercerita tentang masalah yang ia alami dengan si B. Bukan nya mendengar kan cerita dari si A sampai habis, si B justru berbalik cerita jika ia juga mengalami hal yang sama.

Oleh karena itu Anjani menanamkan prinsip untuk terus belajar menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang sedia berbagi cerita dengan nya. Dan itu yang sekarang ini ia lakukan, mendengar kan dengan seksama.

"Dulu abah gue seorang TNI angkatan darat" Narendra membuka pembicaraan.

Cahaya jingga langit sore Jakarta itu menemani mereka berdua yang duduk diatas rumah pohon. Kurcaci-kurcaci Neverland sudah pulang setengah jam yang lalu kerumah masing-masing. Kini menyisakan Peterpan dan teman nya tingkerball.

"Selama lima tahun abah ditugaskan di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini" Narendra menjeda cerita nya, lalu melihat ke atas langit.

Posisi nya Narendra duduk di pintu masuk rumah pohon dengan kaki menjuntai ke bawah, sedangkan Anjani duduk bersila di dekat jendela melipat kedua tangan nya, menumpukan dagu sebagai topangan.

"Awal-awal abah bertugas disana, abah hanya bertugas seperti biasa sesuai dengan instruksi yang diberi, sampai suatu pagi abah melihat ada dua anak laki-laki, mereka kakak beradik melewati pos penjagaan dengan sang adik membawa seember air dan sang kakak membawa kaya besar di pundak nya."

"Abah bertanya untuk apa itu semua, mereka menjawab jika air ini untuk masak dan kayu ini untuk kaya bakar, kemudian abah bertanya lagi apakah mereka tidak sekolah karena waktu itu menunjukan waktu untuk anak-anak sekolah, dan gelengan kepala mereka menjadi jawaban. Mereka bilang jika keluarga mereka tidak memiliki biaya untuk sekolah, terlebih jarak sekolah dari tempat tinggal mereka berjarak dua puluh sepuluh kilo meter.

Di perbatasan sana masih banyak anak-anak yang tidak bisa mengenyam bangku pendidikan baik karena masalah ekonomi maupun jarak sekolah yang jauh juga fasilitas yang tidak memadai. Setelah mendengar cerita dari anak-anak itu abah memiliki satu rencana. Dan dua hari kemudian abah menemui atasan nya memaparkan semua rencana yang telah ia susun lalu meminta izin."

"Rencana apa?" Tanya Anjani menatap Narendra penasaran.

Narendra tersenyum dan menjawab "Dunia Neverland"

"Hah?" Anjani mengernyit kan dahi nya.

"Abah yang lebih dulu membangun dunia Neverland di kehidupan nyata, sama yang seperti lo lihat tadi Anjani dunia Neverland yang berisikan anak-anak yang kehilangan harapan untuk sekolah dan cita-cita mereka karena keterbatasan ekonomi. Disana abah dan beberapa rekan nya mengajar untuk anak-anak kurang mampu di sela-sela tugas negara mereka. Yang semula nya anak-anak disana tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Lambat laun mereka menjadi bisa.

Karena bagi abah percuma saja jika ia hanya menjaga perdamaian bangsa tapi anak-anak dari bangsa yang ia jaga tidak memiliki masa depan yang damai"

Anjani tidak bisa berkata-kata apapun. Ia terharu sekaligus bangga dengan apa yang telah dilakukan abah Narendra bersama rekan-rekan nya disana. Tidak ada paksaan dengan apa yang mereka kerjaan, itu semua tulus dari lubuk hati mereka yang paling dalam.

"Na, gue mau nanya satu hal" ucap Anjani ragu-ragu.

"Nanya apa?"

"Tapi gue yang bermaksud buat ngorek luka dihati lo" Anjani menggigit bibir dalam nya.

"Kenapa abah bisa meninggal?" Jawab Narendra membuat Anjani membulat kan mata.

"I—iya.."

Narendra tersenyum sendu dan kembali menjawab pertanyaan Anjani. "Abah meninggal karena kecelaan pesawat saat diberi jatah libur untuk pulang ke bandung setelah lima tahun bertugas disana, pesawat yang abah naiki jatuh setelah menarabrak gunung salak dan semua penumpang yang berjumlah dua belas orang dinyatakan meninggal dunia semua"

Nafas anjani tercekat. Anjani memang tidak berada di posisi Narendra tapi ia bisa merasakan betapa sakit dan menyesakkan hati setelah mendengar kenyataan itu. Mendengar kabar salah satu orang tersayang dalam hidupnya yang sudah lima tahun tidak ia jumpai akan pulang kerumah namun dalam keadaan sudah tidak bernyawa.

Anjani tidak bisa membayang kan betapa runtuh nya dunia Narendra remaja saat itu. Betapa kalut dan histeris nya keluarga nya saat mendapat kabar tersebut. Anjani memajukan duduk nya ke dekat Narendra dan menepuk pundak laki-laki itu bangga.

"Abah lo pasti bangga dengan apa yang lo lakukan saat ini, lo anak yang keren na" puji Anjani tulus dan mengacung kan jempol nya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Anjani.."

"Ya?"

"Boleh gue meluk lo?"

"Sure, pelukan buat teman terkeren yang pernah gue miliki" Anjani lebih dulu memeluk Narendra, mengusap punggung laki-laki itu dengan lembut.

Hingga satu tetas air mata Anjani jatuh ke pundak Narendra dengan cepat-cepat ia menghapus nya. Narendra menumpukan dagu nya dipundak Anjani memejam kan mata.

Anjani adalah orang pertama yang mendengar cerita Narendra, dan menjadi wanita pertama selain ambu dan adik perempuan nya yang rela meminjam kan bahu nya untuk menampung keluh kesah Narendra  tanpa banyak bicara.

Orang bilang pelukan adalah salah satu cara terbaik mendengarkan keluh kesah tanpa harus bercerita.

***

"Ngak mau mampir dulu?" Ucap Anjani setelah turun dari Vespa kuning Narendra—jamila—sembari mengembalikan helm ke tangan Narendra.

Narendra mengambil helm tersebut dan mengayitkan digantungan.

"Lain kali aja, udah mau maghrib juga, salam buat orang rumah ya" tolak Narendra halus.

Anjani menganggukkan kepala nya "Oke deh"

"Kalo gitu gue pa—"

"Na, tunggu bentar"

"Hm..Kenapa?"

"Hmmm....gue bo—leh ngak gabung jadi relawan di dunia Neverland?" Ucap Anjani pelan.

"Ya boleh lah, siapa pun yang boleh gabung ke dunia Neverland asal dengan hati yang tulus dan ikhlas"

"Gue tulus kok ikhlas lahir batin malah"

"Iya gue tahu, jadi Anjani...." Narendra mengulurkan tangan kanan nya.

"Selamat bergabung di dunia Neverland" dengan wajah bahagia Anjani menerima jabatan tangan Narendra.

"Makasih banyak na"

"Gue yang harus nya makasih sama lo, makasih banyak Anjani."

"Hahaha, iya sama-sama, terima kasih kembali Nana"

Tidak perlu menjadi Spiderman untuk menyelamatkan orang-orang. Juga tidak perlu menjadi palu thor untuk menyelamatkan dunia. Karena cukup menjadi diri sendiri dan kau bisa menyelamatkan semua nya.





_________
Ily
Maaf ya dua part ini ngak ada Jefri sama sekali.

Percayalah menjadi diri sendiri itu menyenang kan.
Aku berharap buat kalian semua selalu mencintai diri kalian sendiri dengan apa pun kekurangan yang kalian miliki. Karena setiap ada kekurangan pasti ada kelebihan. Dan yang paling penting jangan sungkan untuk mengucapkan "terima kasih" untuk diri kalian.

Peluk jauh buat kalian semua

Kuliah [REVISI]Where stories live. Discover now