17. Speechless.

6.8K 1K 27
                                    

Pagi-pagi sekali Anjani sudah bangun, moment yang langka terlebih di pagi weekend. Bapak, ibuk, dan bang Guntur saling pandang saat melihat Anjani keluar dari kamar dengan kondisi sudah mandi.

"Dek mau kemana?" Tanya bang Guntur penasaran.

Anjani menaikkan alis nya bingung.

"Ada kegiatan di kampus?" Kali ini bapak yang melontar kan pertanyaan.

Anjani menggelengkan kepala nya "Engga kok"

"Owalah, bapak kirain mau pergi soal nya tumben pagi-pagi gini udah bangun"

"Hehehe" Anjani menyengir kuda.

Ibuk tersenyum dan menggelengkan kepala nya. Anjani mengambil posisi duduk di sebelah bang Guntur yang tengah mengoreksi hasil ulangan anak murid nya.

"Perlu bantuan ngoreksi ngga bang?"

"Tumben pasti lagi ada mau nya nih"

"Ya Allah, souzon mulu sama adek sendiri"

"Bercanda kok, ini juga dikit lagi selesai" bang Guntur mengusap rambut basah Anjani.

Bang Guntur kembali melanjut kan pekerjaan nya dan Anjani menguasai TV dengan tontonan Upin dan Ipin kartun favorit nya. Bukan tanpa alasan Anjani bangun cepat, karena suasana hati nya terasa sangat baik. Karena ini hari Sabtu, berarti malam nanti Anjani akan pergi malam mingguan dengan Jefri. Memikirkan itu Anjani senyum-senyum sendiri.

Kartun Upin ipin habis bersamaan dengan pekerjaan bang Guntur yang juga selesai. Anjani memperhatikan Abang nya yang tengah cengengesan menghadap ponsel.

"Bang, ajakin mbak Wini main kerumah dong" ucap Anjani.

Bang Guntur melirik Anjani "Ini lagi di jalan mau kesini"

Wajah Anjani sumringah "Serius? Emang mbak wini ngga kerja?"

"Enggak, sekarang Wini udah ngga kerja full lagi udah di ubah jadwal nya dari Senin sampe Kamis doang"

"Asik" ucap Anjani bahagia.

Sudah hampir dua minggu Anjani tidak bertemu dengan calon kakak ipar. Karena kesibukan nya di pukesmas kota. Ada banyak hal yang mau Anjani ceritakan terutama tentang Jefri, maklum ia tidak punya kakak perempuan mau cerita dengan bang Guntur yang ada Anjani nanti di godain.

Setengah jam setelah itu mbak Wini tiba dirumah dengan membawa dua kotak bolu pisang kesukaan Anjani.

"Assamualaikum..."

"Waalaikumsalam..mbakkkk.." Anjani berlari memeluk Wini.

"Kayak nya ada yang rindu nih" goda Wini.

"Benar kata dilan rindu itu berat"

"Hahaha..ada-ada aja, nih mbak bawain bolu pisang kesukaan kamu" Wini menyerah bingkisan itu ke tangan Anjani.

"Wah makasih banyak mbak"

Mereka berdua berjalan ke arah dapur, Wini menyalami kedua calon mertua nya dan tersenyum melihat Guntur. Anjani dan mbak Wini membantu ibuk di dapur memasak menu makan siang bersama, sedang kan bapak dan Abang berada diruang keluarga kata nya mau nonton berita.

Di dapur mereka bertiga saling bercanda dan ibuk yang menanyakan tentang bangaimana pekerjaan dan kabar keluarga mbak Wini. Anjani hanya menjadi penyimak. Saat mbak Wini mencuci daging ayam di wastafel, Anjani mendekati nya.

"Mbak, nanti sudah makan siang ke kamar aku ya" bisik Anjani tidak ingin ibuk mendengar.

"Pasti ada yang mau di ceritain nih" tebak mbak Wini dengan menaik turun kan alis nya.

Kuliah [REVISI]Where stories live. Discover now