04. Kecipak air dan tawa

3K 447 42
                                    

Tawamu adalah bahagia saya yang sederhana dan akan selalu terabadikan di dalam cerita kita.

🔊Aktifkan musik di mulmed

Satu jam berlalu, Benua yang menculik diriku akhirnya berhenti setelah mengeliling kota di atas motor vespa hijau army miliknya.

Aku spontan terpukau ketika mataku menemukan birunya pantai yang sungguh luar biasa dan menakjubkan.

Indra pendengaranku pun ditusuk lembut oleh deburan ombak yang berlantun merdu, rambutku mulai diterpa embusan angin pantai yang menyejukkan.

Perlahan, kedua ujung bibirku tertarik ke atas.

Aku tersenyum, meski tidak lebar.

"Saya senang jika kamu tersenyum," Benua berkata.

Aku tidak menjawab ucapan Benua, justru melangkahkan kakiku pelan mencoba lebih mendekati pantai.

Sudah lama rasanya, padahal dulu pantai adalah tempat aku mencari kebahagian.

Apa bisa aku menemukan kebahagian lagi?

"Bisa, saya pastikan itu." Ucap Benua membaca pikiranku lagi sembari mendekatiku lalu berdiri di sampingku.

"Ayo."

Benua menarik pelan tangan kananku. Menuntun ke arah batu karang besar lalu mengajakanku naik lantas duduk di atas sana.

Jujur. Ini menyenangkan!

"Kamu tunggu sebentar di sini," pintanya.

Aku mengernyit. "Mau ke mana?" tanyaku.

"Saya gak bakalan ninggalin kamu kok. Jangan kemana-mana. Tetap di sini ya."

Aku menganggukan kepala lantas kembali menikmati suasana pantai yang aku rindukan.

Hingga pandanganku beralih saat terdengar getaran dari ponselku yang berada di saku, aku mengambil benda itu dan melihatnya.

Sebuah pesan dari Bunda.

Bunda : Kamu sudah pulang? Kayaknya Bunda pulang bakalan malem. Maaf ya, kamu jangan lupa makan dan minum obat. Love you!

Aku menghela napas panjang sebelum membalas.

Aku : Udah kok bun. Iya gak apa-apa kok bun. Love you too!

Maaf Bunda. Aku harus berbohong namun aku janji setelah ini aku pasti pulang.

"Seharusnya kamu tidak berbohong."

Benua tiba-tiba muncul kemudian duduk di sampingku. Aku lalu melirik Benua sembari mengernyit heran akan sebuah gelang dari kerang yang dibawa olehnya.

"Ini buat kamu," ucapnya sembari memberikan salah satunya kepadaku.

Keningku mengkerut. "Untuk?"

Benua tidak menyahut, justru dia langsung memasang gelang kerang berwarna putih itu di pergelangan tanganku.

Usai memasang gelang di tanganku, dia juga memasang gelang satunya lagi pada tangannya.

"Jangan pernah hilangin gelang ini," pinta Benua.

Terima Kasih, Benua ✓Where stories live. Discover now