15. Sampai jadi debu

1.6K 250 13
                                    

Katanya hari esok akan lebih baik namun justru hari esok begitu menakutkan, karena hari ini tidak pernah berjanji apabila esok  kita tidak kehilangan apa yang ada saat ini.

*****

🔊 Aktifkan musik di mulmed

Malam ini aku tidak dapat memejamkan mata. Aku tidak bisa tidur usai bibirku mengatakan ucapan tadi bahwa aku siap menjadi bagian dari kisah cinta Benua.

"Kenapa aku deg-degan gini ya," gumamku.

Berusaha untuk tidak peduli lagi, kini aku mencoba untuk memejamkan mata agar tertidur. Namun nyatanya itu sulit.

Hal tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku, apalagi Benua menjawab dengan. "Saya sudah tahu kamu pasti akan berubah pikiran."

Sungguh, ini bukan pertama kalinya aku pacaran namun kenapa aku merasa berbeda jika menjalani semua ini bersama Benua.

Hingga suara ponsel berbunyi tanda bahwa ada yang menelepon. Aku segera mengambil benda pipih itu dari atas nakas sebelum melihat siapa yang menghubungiku.

Benua. Sudah kuduga.

Aku menarik napas panjang terlebih dahulu sebelum menekan tombol hijau kemudian menempelkan ponsel pada telingga kanan.

["Hai, saya ganggu ya?"] kata Benua dari seberang.

"Enggak, kenapa nelepon?" tanyaku.

["Oh enggak, cuma ingin memastikan kamu masih cinta sama saya atau enggak."]

"Ih, apaan sih."

["Jawab dong, masih cinta sama saya atau enggak?"]

Aku tersenyum, "kalau enggak gimana?"

["Iya gampang, tinggal pakai mantra ajaib aja biar kamu cinta lagi sama saya."] Jawab Benua ngawur.

"Kamu orang paling enggak jelas yang ada di hidup aku tahu," aku tertawa pelan.

["Enggak apa-apa gak jelas, yang penting saya adalah milik kamu."]

"Memangnya memilikiku itu penting ya?"

["Wah penting dong, memiliki kamu itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri."]

"Dasar hahaha."

["Omong-omong besok kamu sekolah?"]

"Tadi kata dokter, aku disarankan untuk istirahat saja besok di rumah. Jadi enggak sekolah," sahutku menjelaskan.

"Tapi aku sih pengennya sekolah," lanjutku.

["Kenapa? Kangen sama saya ya?"]

"Ih najis, ngapain aku kangen sama kamu," ujarku membohongi isi hatiku sendiri.

["Kalau begitu besok saya ke rumah kamu ya."] Kata Benua.

"Enggak usah."

["Kenapa?"] dia bertanya.

"Iya, besok kamu kan sekolah."

["Habis pulang dari sekolah saya ke rumah kamu. Besok saya mau bawa sesuatu buat kamu."]

Aku penasaran, "bawa apa?"

["Lihat aja besok. Sekarang lebih baik kamu tidur, enggak usah mimpiin saya, biar saya saja yang mimpiin kamu ya."]

"Aku lagi enggak bisa tidur."

["Kenapa? Sibuk mikirin saya?"]

Mendengar sahutan Benua aku tiba-tiba salah tingkah, "e...enggak. Aku enggak tahu."

Terima Kasih, Benua ✓Where stories live. Discover now