25. Pendengar yang baik

1.2K 201 10
                                    

Benar adanya, kita hanya punya dua tangan yang tidak sanggup menutup ribuan mulut tidak bertanggung jawab. Namun tangan kita mampu menutup kedua telingga untuk mengabaikan cacian menjatuhkan yang
tidak perlu didengar

*****

🔊 Aktifkan musik di mulmed

Hari ini, aku sengaja tidak menyuruh bunda untuk menjemputku pulang dan berbohong bahwa Benua yang akan mengantarku pulang. Padahal Benua sendiri sekarang harus pergi untuk latihan piano. Maafkan aku bunda.

Alasanku berbohong, karena aku ingin pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi. Aku ingin tahu kebenaran tentang perkembangan kanker yang ada pada tubuhku. Aku begitu berharap, semoga semuanya baik-baik saja.

Meski aku ragu, tetapi tidak ada salahnya aku untuk tetap berdoa dan berharap.

Semua pasti akan baik-baik aja. Pasti.

Mataku mengamati langit biru dari jendela taksi yang sekarang aku tumpangi. Seraya terus berharap. Aku sama sekali tidak ingin dan tidak sanggup meninggalkan bunda dan juga Benua. Aku ingin berjuang untuk tetap bertahan. Aku tidak akan menyerah!

Hingga sesuatu mengalihkan pandanganku saat aku tidak sengaja melihat Vani. Gadis itu keluar dari rumahnya sembari berteriak. Aku tidak jelas mendengarkan teriakannya. Tetapi aku bisa melihat seorang pria setengah baya yang sekarang diajak Vani berdebat.

"Pak berhenti sebentar pak," perintahku.

Spontan sopir itu menghentikan taksinya. "Kenapa?" tanyanya tetapi tidak aku sahuti.

Setelah itu, Vani tiba-tiba masuk ke dalam mobil lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi. "Pak, pak jalan lagi pak. Tolong ikuti mobil merah itu," pintaku dengan panik.

"Ta... tapi ini kan-"

"Nanti saya bayar lebih deh pak. Ayo pak, buruan," pintaku dengan tergesa-gesa.

"Apa boleh buat," pria itu mengangguk pasrah.

Taksi yang masih aku tumpangi pun sekarang mengikuti mobil merah tersebut. Tujuanku untuk pergi ke rumah sakit, seketika lenyap dalam pikiranku saking paniknya.

Seharusnya aku tidak peduli, tetapi aku sangat takut jika Vani melakukan hal yang mungkin saja dapat membahayakan dirinya.

Sekitar dua puluh menit, akhirnya mobil yang dikendarai ugal-ugalan oleh Vani berhenti. Dia turun tepat pada jembatan penghubung yang melintasi sungai luas yang membentang.

Aku menelan salivaku susah payah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menelan salivaku susah payah. Firasatku mulai tidak enak.

Benar saja Vani sekarang dengan langkah yang tergesa-gesa mendekati pinggir. Tidak ingin sesuatu buruk terjadi, dengan segera aku membayar tumpangan. Lalu bergegas turun.

Terima Kasih, Benua ✓Where stories live. Discover now