09. Kata pewakil rasa

2K 320 26
                                    

Bahkan detik ini kamu tetap menjadi
orang yang dapat membuatku tersenyum ketika
rapuh, semoga seterusnya begitu.

🔊 Aktifkan musik di mulmed

Sekarang aku hanya bisa duduk di atas tribun lapangan dan menatap seluruh teman-teman sekelasku yang tengah mengikuti pelajaran olahraga.

Kumpulan perempuan yang ada di lapangan menatap diriku dengan sinis, mungkin mereka pikir aku begitu lebay sampai tidak bisa ikut.

Aku juga ingin ikut saat bergabung bersama mereka, tapi sayang kondisi fisikku begitu lemah membuat aku tidak dianjurkan oleh dokter untuk mengikuti pelajaran olahraga.

Jika kalian mau tahu, disaat yang lain mencari nilai dengan melakukan praktek, berbeda dengan aku. Aku harus belajar menghafal teori olahraga dan harus menjawab soal.

"Aku pasti sembuh," gumamku menyemangati diri sendiri.

Lalu aku beranjak dari tribun dan mendekati guru olahraga yang bernama Pak Ridho itu.

"Pak," panggilku pelan.

Pak Ridho terlihat sangat serius. Beliau tidak bisa mendengarkan suaraku.

"Pak," aku pun memanggil lagi. "Pak."

Pak Ridho menoleh, "eh Natesa. Ada apa? Sakit kamu kambuh ya? Kamu udah makan pagi? Udah minum obat?" dia khawatir.

Aku kini bisa merasakan jika cewek-cewek yang berkumpul itu kembali menatapku tidak suka. Tatapan maut yang menyeramkan.

Wajar, Pak Ridho itu adalah guru tertampan dan terfavorit di sekolah ini. Banyak siswi yang suka kepadanya dan sekarang beliau perhatian kepadaku, mungkin alasan itu yang membuat mereka jadi semakin sinis denganku.

Aku menggeleng, "e...enggak pak. Saya cuma mau izin ke toilet," kataku menjelaskan.

Pak Ridho menangguk, "oh begitu. Silahkan, silahkan," izinnya dengan ramah.

Aku tersenyum lantas memutar tubuhku dan melangkahkan kaki. Belum jauh, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang kini menghantam kepalaku.

Sesuatu yang mendadak itu mampu membuat aku syok. Rasa sakit tiba-tiba menjalar, kesadaranku juga tiba-tiba pudar. Rasanya pening dan pengelihatanku kabur.

"Natesa kamu baik-baik saja?" terdengar seruan dari Pak Ridho yang sepertinya mendekatiku.

Aku mengangguk, "a... Aku baik-baik.. Sa——."

Tubuhku ambruk.

Aku terkapar di lantai. Gelap. Aku tak ingat apa-apa lagi.

Seorang gadis dengan rambut panjang sebahu adalah orang pertama yang aku lihat saat kesadaranku kembali pulih. Aku menemukan diriku sudah tertidur di brankar UKS. Gadis yang duduk di sampingku tersenyum.

Kalau tidak salah namanya adalah Vani. Teman sekelasku.

"Akhirnya kamu sadar juga. Aku takut banget kamu kalau kamu kenapa-kenapa."

Tanda tanya besar ada di kepalaku. Kenapa sekarang ada orang yang peduli padaku?

"Maaf ya. Aku tadi tidak sengaja melempar bola basket itu ke arah kamu."

Pantas saja peduli. Ternyata dia pelakunya.

"Tapi serius, aku benar-benar gak sengaja, aku cuma la——."

Terima Kasih, Benua ✓Where stories live. Discover now