23. Tidak pernah menjadi beban

1.3K 213 5
                                    

Bahkan ketika bahagia sekali pun, air mata ini masih saja tetap menetes.

*****

Akhirnya setelah seminggu berpikir, Benua memutuskan untuk mengikuti kompetensi piano. Benua juga mengambil pilihan untuk melanjutkan impian sebagai seorang pianis.

Bahkan mulai hari ini Benua akan mengikuti kursus piano. Dia memintaku agar menemani dirinya. Benua bilang dia begitu gugup. Aku sendiri heran, ternyata Benua bisa gugup juga.

"Natesa! Benua sudah datang!"

Panggilan bunda membuatku segera bergegas, dari memasang gelang kerang-gelang yang diberikan Benua waktu kita pergi ke pantai bersama-di pergelangan tangan, kemudian memakai jaket yang tergantung di belakang pintu kamar.

Tidak lupa berpamitan dengan kedua ikan peliharaanku-yang sudah kuberi makan sejak tujuh menit lalu-sebelum menuruni anak tangga dengan langkah perlahan.

Sesampainya di ruang tengah, aku langsung mendapati bunda dan Benua sekarang duduk di atas sofa, dengan meja yang dipenuhi oleh beberapa kue buatan bunda.

"Jadi kue ini benaran gratis buat saya tante?" Benua bertanya dengan mata berbinar.

Dasar penggemar makanan gratis.

"Iya. Buat kamu dan keluarga kamu di rumah. Ingat jangan dihabisin sendiri ya," nasihat bunda seraya terkekeh. "Tetapi jika kurang kamu bisa menghubungi tante lagi kok. Tante bakalan bikin lebih banyak lagi."

"Tapi ini memangnya tante enggak bakalan rugi jika kasih ke saya? Ini kan kue khusus untuk tante jual," tanya Benua lagi.

"Sudah, kamu tenang aja. Tante enggak rugi kok. Justru tante senang banget bisa kasih kue buatan tante untuk calon menantu."

"Aduh jadi malu dibilang calon menantu," kata Benua sembari menggaruk rambutnya.

Hekhem. aku berdeham membuat pandangan bunda dan Benua teralihkan ke arahku.

"Cie, ada yang senang nih dikasih makanan gratis oleh calon mertua," sindirku membuat Benua tertawa pelan disusuli bunda.

"Yasudah kalau gitu tan. Benua berangkat dulu ya, takut terlambat. Apalagi ini adalah hari pertama Benua les piano," ujar Benua lantas beranjak dari sofa yang dia duduki.

"Iya. Semangat ya." Bunda berkata lembut.

Benua lalu menyalami tangan bunda. "Benua permisi dulu ya tante, sekali lagi terima kasih atas kuenya. Saya doakan semoga kue tante semakin laris dan bisa secepatnya membangun toko kue sendiri. Benua pasti siap membantu."

"Aamiin."

Oh iya. Empat hari yang lalu bunda resmi mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pekerja kantoran. Bunda memutuskan untuk menjual kue buatannya secara online.

Meski awalnya aku merasa tidak enak karena alasan bunda mengundurkan diri adalah ingin memiliki banyak waktu denganku. Tapi aku menghargai keputusannya. Bunda memang ibu yang luar biasa.

Sebenarnya dulu bunda pernah membantu salah temannya yang sempat menjual aneka kue. Dulu bunda tidak terlalu menekuninya. Namun bunda masih dapat mengingat cara pembuatan kue yang tepat dan mempelajari lebih dalam melalui internet yang ada.

"Bunda aku pamit sebentar ya," izinku seraya menyalimi tangan dan mencium kening bunda.

"Iya hati-hati ya. Kamu harus tetap jaga kesehatan. Kamu mengerti?" 

Terima Kasih, Benua ✓Where stories live. Discover now