Peluk Untuk Pelik

2.2K 256 78
                                    

Aku mendekap mu
Saat sedang tidak baik-baik saja
Kedepan nya
Dekap aku jika kau merasa demikian


***

"Temani saya. Ini perintah." Adalah kalimat yang Rion ucapkan untuk menahan Noushin supaya tidak pulang meskipun tugas nya sudah selesai, ya sebab dia sudah menyuruh anak gadis nya tidur.

Pria itu membawa Noushin menyusuri jalanan dengan mobil audi merah yang sengaja dibuka atap nya. Sekiranya ada tiga puluh menitan yang Rion habiskan untuk berkendara tanpa tau arah tujuan nya kemana. Membuat Noushin sedikit bingung bercampur kesal. Tapi, dia hanya bisa diam. Karena terlalu takut jika protes hanya akan mengancam pekerjaan nya.

Wanita itu memilih bersandar pada bagian belakang kursi penumpang sambil sesekali memerhatikan bos nya yang nampak fokus mengemudi. Rambut tebal pria itu bergerak terbawa angin, mata nya lurus kedepan dengan sorot tajam bak elang yang siap menerkam mangsa nya. Hidung nya mancung dan rahang nya terpahat dengan indah solah-olah semua takaran yang ada pada wajah Rion adalah takaran yang pas, hingga jadilah setampan itu.

Noushin tidak mengelak kalau Rion memang rupawan. Dia bahkan menambahkan kalau bos nya itu awet muda, sebab Rion nampak seperti lelaki yang belum mempunyai anak sebesar Adrastea. Seandainya punya suami nanti, Noushin akan menanyakan skincare apa yang digunakan bos nya itu supaya suami nya nanti tidak cepat tua.

Rion berdeham membuat Noushin terperanjat. Lantas dia memalingkan wajah nya ke atas, melihat bintang-bintang yang memenuhi langit.

"Saya tahu saya tampan." Kata Rion.

"Bapak ngomong sama saya?"

"Nggak usah ngeles. Saya tahu kamu tadi memerhatikan saya." Skakmat. Noushin pun segera menutupi wajah nya dengan rambut nya.

Diam-diam Rion melirik walau hanya beberapa detik saja.

"Ah iya, bagaimana hari ini? Adrastea menyusahkan?" Tanya Rion merubah topik.

Noushin pun menegakkan tubuh nya. "Nggak. Dia nggak menyusahkan sama sekali. Dia anak yang baik dan manis."

"Benarkah?"

"Hm. Saya berani bersumpah."

"Syukurlah."

"Hm. Bapak sendiri... Gimana hari ini?" Tanya Noushin yang berhasil membuat Rion ngerem mendadak hingga tubuh mereka terpental kedepan. Untung nya tidak apa-apa.

"Kenapa ngerem mendadak, Pak?" Tanya Noushin.

Seolah tuli, Rion tidak menjawab nya. Malahan dia melepas seatbelt nya lalu begitu saja dia turun dari mobil untuk kemudian berjalan menyusuri trotoar seorang diri.

Noushin mengernyit saat mengamati tingkah aneh atasan nya. "Gue salah ngomong ya?" Tanya nya pada diri sendiri.

Noushin menghela nafas panjang sebelum kemudian menutup atap mobil dan mengunci nya, lalu dia turun untuk menyusul Rion.

Dilihat dari gerak-geriknya, pria itu nampak sedang dalam suasana hati yang buruk. Noushin jadi semakin tidak karuan kalau-kalau dia tadi salah ucap maka pekerjaan nya jadi ancaman.

Pria itu melangkah menaiki jembatan penyeberangan jalan yang sepi. Noushin tetap mengikuti nya. Hingga kemudian ketika sudah ada di tengah-tengah jembatan, Rion berhenti seraya menumpuk kedua tangan nya pada pagar pembatas. Noushin pun mengikutinya lagi dengan jarak dua meter dari bos nya.

Wanita itu berdeham, berupaya untuk mencairkan suasana. "Bapak... Tersinggung karena ucapan saya tadi ya?"

Rion masih diam dengan pandangan kosong. Lalu pelan-pelan dia menggeleng. Lantas Rion membalik tubuh nya, membiarkan punggung nya yang bersandar di pagar pembatas dengan satu kaki ditekuk dan kedua tangan yang memasuki saku celana nya. Mata cokelat pria itu menatap Noushin tepat diirisnya hingga wanita itu berhasil bungkam karena diserang rasa takut jika pekerjaan nya benar-benar terancam.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now