Hari Bahagia

1.3K 201 38
                                    

Meskipun disekitaran sangat ramai tetapi hati tetap merasa sendiri. Seperti itulah yang Rion rasakan sekarang.

Dalam keramaian ballroom tempat diadakan pesta ulang tahun anak gadisnya, Rion duduk termenung di salah satu kursi yang ada. Matanya fokus melihat tulisan Sweet 16th Adrastea Aiona Helios yang terpajang di background dengan bunga-bunga dan balon-balon yang mengelilingi. Sedangkan pikiran nya tertuju ke belakang--ketika hari ini pada enam belas tahun yang lalu.

Dia ingat betul saat itu bayi perempuan yang semula menangis kencang dalam gendongan seorang suster, tiba-tiba langsung diam begitu saja sesaat setelah Rion mengambil alihnya dalam gendongan.

"Langsung diem, La." Ujar Rion saat itu. Dia langsung sumringah seketika, terlebih saat jari kelingking nya digenggam sempurna oleh tangan mungil bayi nya.

"Berarti dia tau kalo kamu Ayah nya."

"Oh harus dong. Kan aku ngomong sama dia tiap hari. Aku usap-usap juga tiap malam biar dia bobo nyenyak diperut Maminya." Lavenia yang saat itu masih terlalu lelah untuk merespons ucapan suaminya, hanya terkekeh, hingga mengundang Rion untuk bergegas menghampiri lalu duduk disisi nya.

"Capek ya ngeluarin anak manusia?"

"Capek aku terbayar sempurna sama kehadiran Adrastea diantara kita."

Rion pun segera mengulas senyuman nya. Saat itu rasanya sangat bahagia, sampai-sampai dia tidak bisa mendeskripsikan kebahagiaan nya itu hanya dengan untaian kata.

"Aku nggak tau harus ngomong apa lagi, La. Berkat kamu Adrastea ada di dunia. Dan berkat Adrastea, kita sempurna."

"Aku minta tolong sama kamu buat tepatin dua hal ini. Mau?"

"Apa?"

"Janji dulu."

"Iya, janji. Apa sih yang nggak buat kamu?" Goda Rion sampai semu merah pada kedua pipi Lavenia terlihat. Setelahnya dia menyatukan tangan kanan nya dengan tangan Rion--yang jari kelingking nya sedang digenggam oleh tangan mungil bayi mereka. Dia mengulas senyum yang begitu cantik meskipun matanya tampak sayu.

"Kalo aku nggak ada, kamu harus tetap ada buat dia, apapun yang terjadi dan gimana pun caranya. Serta, cintai dia lebih dari kamu mencintai aku."

Entah saat itu Lavenia sudah punya feeling buruk atau hanya sebuah permintaan saja, yang jelas Rion cepat menanggapinya dengan perasaan sedikit takut.

"Nggak ada kemana? Kamu harus disisi aku, apapun yang terjadi dan gimana pun caranya!" Protes pria itu sambil mengulang sebagian kalimat Lavenia.

"Janji itu janji. Harus ditepati. Kalau sampai ingkar, aku nggak bakal nyambut kamu dikeabadian nanti."

"LA! KAMU NGOMONG APA SIH?!" Seru Rion secara refleks hingga mengundang tangisan Adrastea.

Dengan segera Lavenia pun mengambil alih bayi itu kedalam gendongan nya. Menepuk-nepuk pelan sampai Adrastea kembali tenang dan lelap dalam rengkuhan hangat nya. Senyuman Lavenia kembali terukir saat telunjuk nya menyentuh pipi merah bayi itu.

"Anak Mami, cantik sekali." Gumam nya pelan. Dia masih mengabaikan Rion yang sejak tadi hanya diam.

"Tumbuhlah seperti Adrasteia milik Ares."

"Ares? Dia siapa? Mantan yang kamu sembunyiin dari aku?" Celetuk Rion tiba-tiba hingga akhirnya Lavenia menoleh seraya menggelengkan kepalanya pelan.

"Kamu tau sendiri kan kalau sebelum kenal kamu, dunia aku cuma buku-buku tebal. Dan jangan lupa juga kalau cuma kamu satu-satunya cowok yang berhasil luluhin aku sampai Adrastea ada disini." Karena kalimat itu, Rion mengulas senyuman nya. Dia merasa bangga dengan dirinya sendiri sampai lupa kalau tadi sempat ngambek.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now