Moment Langka Rion

794 156 61
                                    

Ada doa yang Tea sematkan ketika kedua matanya memandangi sepasang manusia yang sedang makan dengan nya dimeja yang sama. Iya, itu Papi nya dan Tante Noushin. Dan beginilah doa yang gadis itu sematkan.

"Tuhan... Kalo Tante Noushin dikirimkan buat jadi pendamping Papi nanti, tolong segerakan. Kalo bukan... Please banget ini mah, ganti jodoh Papi jadi Tante Noushin aja. Aku mau dia yang jadi Mami aku. Boleh yaaaa, boleh dong.... Aku kan anak baik, bohong juga kalo kepepet doang kok."

"Tea, cepetan habisin sarapan nya. Nanti kamu telat!"

Seruan Rion membuat Tea yang sedang merapalkan banyak kalimat permohonan pada sang kuasa, segera cemberut sambil menatap Papi nya dengan kesal.

"Kenapa sama ekspresi kamu?" Kontan saja Tea langsung merubah ekspresi nya dengan senyuman manis sampai matanya membentuk garis cantik.

"Nggak. Papi salah liat kali."

"Yaudah cepet habisin makannya."

"Iya-iya." Mengabaikan anak gadisnya, Rion menatap Noushin yang sejak tadi ternyata cuma diam dengan piring yang masih penuh.

"Kamu juga, Noushin. Kenapa nggak dimakan makanannya?" Noushin jelas terkejut sampai dia hanya bisa bengong.

"Nggak enak?" Tanya Rion lagi.

"Hah... Nggak Pak, saya cuma---"

"Tangan kanan Tante Noushin kan terluka, Pi. Aku yakin, pasti susah banget kan Tante, makan pake tangan kiri?"

"Hng---"

"Tante mau disuapin?"

"Nggak---"

"Nggak apa-apa. Papi bisa nyuapin kok. Papi kan udah selesai makan, iya kan Papi?"

"Hah?" Rion bengong.

"Suapin Tante Noushin lah Pi... Kan kemaren waktu aku sakit, dia yang ngerawat aku. Masa---"

"Nggak Adrastea, Tante---"

"Oke. Ini sebagai balas budi kemaren, waktu kamu sakit, Tea." Ujar Rion pada akhirnya, yang kemudian disusul dengan tangan pria itu yang meraih piring makan Noushin.

"Pak nggak usah--"

"Aaaaaa...." Titah Rion seraya mengangkat sendok yang sudah terisi penuh, menuju pada mulut Noushin.

"Tante, nggak usah malu. Ini kan tujuannya balas budi. Iya kan, Papi?"

"Hm. Balas. Budi." Ucap Rion yang menegaskan setiap kalimatnya. 

"Ayo dong Tante, buka mulutnya. Aaaaaa..." Noushin masih diam dengan mata yang bergantian menatap Tea lalu menatap bosnya. Sampai kemudian, pelan-pelan, dia mulai membuka mulutnya, lalu sendok pun langsung masuk kesana untuk menghantarkan makanan.

"Nah... Gitu dong Tante. Aduh aku kebelet nih, Papi nanti suruh Bi Martem buatin aku bekel ya, aku beneran kebelet banget soalnya." Setelah itu, Tea langsung berlari untuk kemudian menghilang dari pandangan dua manusia tadi.

Setelah itu, terjadilah keheningan. Sebentar, sebelum kemudian Rion berdeham.

"Aaaa..."

"Pak, saya bisa makan sendiri."

"Udah, kamu diam aja. Kapan lagi coba, disuapin Asterion Helios."

"Tapi---"

"Lagian, Tea nggak ada. Nggak usah malu. Anggap aja latihan buat nanti, biar kamu terbiasa sama perhatian saya." Goda Rion dengan senyum yang tertahan. Sedangkan Noushin cuma mendengus pelan. Mulai pasrah, toh dia juga tidak akan bisa menang kalau debat dengan pria satu itu.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now