Sebuah Harap

1.8K 254 65
                                    

Tuhan...
Aku ingin bilang sesuatu.

Hari ini aku ingin mengharapkan kebaikan mu, harapan yang sangat sederhana sekali.

Dengarkan ya,
Aku ingin, moment seperti ini dapat terjadi lagi di esok nanti dan seterusnya. Entah itu di rumah yang aku tempati, atau dimana pun. Boleh ya?

- Adrastea Helios.

***

"Hp kamu mana?" Tanya Rion pada anak gadisnya sesampainya mereka di ruang pribadi Rion. Sekiranya masih ada lima menit tersisa sebelum meeting dimulai. Pria itu akan mengecek ponsel Tea, memastikan yang tadi di lihatnya benar atau tidak.

"B--Buat apa, Pi?"

"Udah sini, Papi mau liat." Lalu dengan sangat terpaksa Tea memberikan ponselnya pada Papi. Bibir Tea cemberut.

"Password nya apa?"

"Tea cantik belum ada yang punya karena Papi nya galak." Jawab Tea seolah-olah dia sedang mengikuti kuis Ini Sahur dengan nada yang ketus.

"Papi serius Tea."

"Aku nggak tuh."

"Oke. Balikin black card kalo gitu."

Kontan saja Tea langsung mendelik lantas mengambil ponselnya lagi untuk kemudian dia tempelkan pada salah satu jarinya di sana.

"Nih udah aku buka." Ucap nya sambil memberikan ponsel nya lagi.

Lalu begitu saja Rion menjelajahi ponsel anak nya. Dimulai dari galeri yang ternyata isinya foto-foto random anak gadisnya, lalu pindah lagi ke whatsapp dan mata Rion langsung membulat saat melihat banyak nama kontak cowok dan nomor asing yang mengirim pesan pada Tea.

"Ini kenapa whatsapp kamu yang ngechat banyakan dari cowok daripada cewek?" Protes Rion.

"Terus ini lagi nomor asing, banyak banget. Apa coba ini, selamat pagi Tea have a nice day, selamat malam Tea mimpi indah ya, semangat Tea jangan lupa tersenyum, jangan lupa belajar Tea, Tea bilangin Bapak kamu ya aku akan kerja keras biar bisa bahagiain anak gadisnya, Tau nggak bedanya kamu sama berlian? Hehe nggak ada sih sama-sama shining soalnya." Rion menghela nafas sebentar sebelum tatapan nya mengarah pada pemilik ponsel yang dia pegang.

"Mereka siapa? Kenapa pada gombalin kamu."

"Fans." Hanya satu kata yang keluar dari bibir mungil Tea setelah dia hanya menyimak. Dia terlalu kesal untuk berbicara sebenarnya.

"Fans? Cowok yang tadi Papi liat juga sama?"

"Yang mana?"

"Yang pegang-pegang tangan kamu!" Kontan saja mata Tea melotot membuat Rion jadi semakin curiga.

"Pacar, eh?"

"BUKAN!" Teriak Tea tanpa disengaja, refleks aja gitu habisnya hampir tepat sasaran.

"Terus? Gebetan?"

"Kan aku bilang dia temen aku yang lagi nanyain tugas."

"Setahu Papi, nggak ada cewek sama cowok yang statusnya cuma temen gandengan kaya gitu."

"Nggak gandengan Pi, itu pegang-pegang tangan aku doang. Dia lagi ngerayu supaya bisa dapat contekan dari aku, kan aku jenius." Baiklah, kalau sudah seperti ini membual adalah hal yang selalu Tea lakukan. Bukan panutan, tolong jangan ditiru.

"Terus kamu diem aja gitu digandeng-gandeng kaya gitu?"

"Udah aku lepasin, tapi diambil lagi tangan nya." Masih berlanjut acara membualnya.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now