Welcome to My House

761 146 67
                                    

"Noushin..."

"Tolong bangun. Tolong... Tolong jangan tinggalkan saya."

"Tolong buka mata kamu, lihat saya, saya disini, buat kamu."

"Jadi tolong, buka mata kamu, Noushin."

"Tolong,"

Sayup-sayup Noushin mendengar suara itu saat kesadaran nya mulai kembali. Lalu pelan-pelan dia membuka matanya, mengedarkan pandangan, dilihatnya ada selang infus yang mengalir pada tubuhnya. Dia mengernyit, bingung sendiri kenapa dirinya bisa diinfus.

"Noushin, tolong buka mata kamu." Ah suara itu lagi, itu memang nyata, pikir Noushin. Lalu, dia menoleh pada sumber suara dan sedikit terkejut saat mendapati sosok laki-laki yang tak lain adalah bos nya sendiri, sedang menunduk lesu seraya mengelus lembut tangan kanan nya yang diperban.

Noushin mengernyit lagi. Ada selang infus ditangan kirinya, ada perban ditangan kanan nya, dan pak bos nya... mengkhawatirkanya. Sebenarnya dia kenapa, pikirnya lagi.

Sampai kemudian, dia menggeliat kecil hingga Rion langsung bereaksi berlebihan. Pria itu mendongak dan langsung menatap tepat pada manik cokelat Noushin yang terbuka sepenuhnya.

"Noushin! Syukurlah.... Kamu udah sadar. Sebentar saya panggil dokter---"

"Pak Rion," Cegat Noushin dengan cepat.

"Ya?"

"Saya... kenapa? Kenapa harus panggil dokter?" Agaknya Noushin masih belum sadar dengan kondisinya yang sekarang.

"Sebentar ya, saya panggil dokter dulu." Titah Rion dengan lembut hingga Noushin mengangguk.

Lantas Rion pun bergegas memanggil dokter. Hingga tak berapa lama kemudian, yang dipanggil datang lalu memeriksa kondisi Noushin.

"Jadi gimana dok, apa dia baik-baik aja?" Tanya Rion sedikit panik.

"Kondisinya sudah membaik. Semuanya sudah normal kembali. Hanya tinggal menunggu luka bakar kering saja. Itu gampang lah, tinggal di rawat, ganti perban setiap hari. Jadi... Istri bapak bisa pulang sekarang."

Istri.

Mendengarnya membuat Rion tertegun seketika. Begitu pun dengan Noushin. Mereka jadi saling pandang, hingga membuat sang dokter bertanya-tanya.

"Uhm... Maaf, kalian memang suami istri kan?"

"Hah? Oh... nggak Dok, belum. Masih jadi calon. Doain aja Dok, biar secepatnya jadi istri." Dokter hanya terkekeh seraya manggut-manggut.

"Saya doain, biar secepatnya sah. Lagian, kalian serasi banget." Duh, Rion jadi lupa sama kesedihan dan kekhawatiran nya tadi. Ah mungkin karena sekarang dia lega pasalnya kondisi Noushin sudah baik-baik aja, meskipun sempat tidak sadarkan diri cukup lama karena terlalu banyak menghirup asap.

"Yasudah, saya permisi." Sang dokter pun berlalu. Kini hanya tinggal mereka berdua.

Rion duduk di kursi yang tersedia, menatap Noushin dengan lekat. Sebelum kemudian berdeham.

"Kamu udah ingat dengan apa yang terjadi?" Tanya Rion yang kemudian diangguku Noushin pelan. Itu karena Noushin melihat perban yang ada di tangan kanan nya, yang membangkitkan kembali ingatan nya pada beberapa jam lalu.

Saat Noushin masuk ke unit apartment nya, sebenarnya dia sudah mencium bau gosong dari unit sebelah. Tapi, karena saat itu Noushin kebelet buang air besar, jadinya dia acuh saja. Dia langsung menuju kamar mandi tanpa melepas tas selempang nya karena lupa.

Well, Noushin itu kalau di kamar mandi cukup lama meskipun apa yang dia keluarkan sudah tidak keluar lagi. Sampai kemudian bunyi ledakan terdengar disusul asap yang juga mulai menyebar kemana-mana. Kontan saja Noushin langsung panik, dia pun segera menyelesaikan urusan nya di kamar mandi lalu keluar dengan tergesa.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now