Ketika Durenes Baper

1.8K 225 84
                                    

Akan jadi hal istimewa jika seseorang mengatakan kalimat indah, pada seseorang yang belum sadar keindahan dirinya.

**

Acara ulang tahun Adrastea tinggal seminggu lagi. Semua persiapan sudah beres. Hanya satu yang belum; kado.

Sejak kemarin-kemarin Rion gelisah memikirkan kado apa yang harus dia berikan untuk anak gadisnya. Tahu sendiri, semua barang bagus dan mahal yang ada di dunia, sudah Tea dapatkan dengan mudah, hanya satu gesekan dari black card saja barang itu sudah ada di tangan.

Maka dari itu, di sinilah dia berada, mall nya sendiri, dengan Noushin disamping nya. Sebab, ketika pria itu meminta bantuan, Noushin langsung memberikan solusi yang tepat.

Mereka berjalan beriringan hingga tak sedikit orang nampak terkejut melihatnya. Sebab, Asterion Helios nampak akrab sekali dengan wanita itu. Siapa yang tidak curiga melihat duda keren jalan dengan wanita cantik mengelilingi mall. Bukan kah itu nampak seperti kencan. Ditambah lagi, sekarang mereka memasuki toko perhiasan. Tentu saja itu akan mengundang jempol netizen yang maha benar untuk beraksi.

Tapi, seolah tidak memikirkan hal itu akan terjadi, Rion dan Noushin santai saja. Sebab, tujuan mereka hanya mencari kado. Tidak seperti yang netizen kira.

"Saya nggak tau yang bagus yang mana." Aku Rion saat melihat beberapa kalung yang disuguhkan.

Ya, sebuah kalung. Itu yang akan Rion berikan pada anak kesayangan nya. Karena dipikir-pikir, dia tidak pernah membelikan perhiasan untuk Tea. Selama ini, semua perhiasan yang ada di kamar Tea, itu pemberian dari Oma nya.

"Bapak mau saya bantu pilihin?" Tanya Noushin ragu-ragu yang langsung diangguki duda itu.

"Oke. Tea suka yang simple-simple kan?" Rion mengangguk lagi.

"Kalo gitu... Bapak mau kado yang punya makna nggak?"

"Tentu."

Noushin mengangguk. "Lalu bagaimana kalau kalung dengan bandul bulan dan bintang saja?"

"Maknanya?" Tanya Rion sedikit bingung.

"Bulan dan bintang selalu beriringin. Mereka bersinar terang di dalam kegelapan langit malam. Karenanya, kehadiran mereka selalu dikagumi banyak orang. Itu seperti Pak Rion dan Adrastea."

"Kalian selalu bersama untuk waktu yang tidak singkat, melalui banyak hal yang mungkin terasa gelap, dan menyakitkan. Tapi, kalian berhasil menjadikan kegelapan itu sebagai sesuatu yang bermakna. Hingga tanpa kalian sadari, kegelapan itulah yang membuat sinar kalian terpancar dengan sendirinya. Dan kehadiran kalian selalu diterima dan dikagumi khalayak umum." Rion terenyuh mendengarnya.

Bagaimana bisa seseorang menggambarkan dirinya dan anak gadisnya seindah itu. Selama ini, dia tidak pernah berpikir seperti itu. Dia hanya berpikir kalau selama ini hidup nya terlalu gelap. Maksud nya, dia hanya hidup dengan Adrastea, menjalani banyak hari berat berdua saja, bahkan tak jarang juga Rion merasa bersalah pada anak gadisnya karena membiarkan dia tumbuh tanpa sosok Ibu.

Tapi, seseorang disamping nya baru saja menggambarkan nya sedemikian rupa. Lalu bagaimana bisa Rion biasa saja.

Pria itu mengulas senyum sendunya seraya berkata, "Saya tidak mengira kalau kehidupan saya dan Adrastea bisa digambarkan seindah itu."

"Terima kasih, Noushin."

"Jangan terima kasih sama saya. Tapi terima kasih lah pada diri bapak sendiri dan Adrastea."

***

"Ayah kenapa sih mukanya mesem-mesem gitu?" Tutur Rendy saat berhadapan dengan Ayah nya di ruang musik. Berhubung sedang istirahat, jadi Oris mengizinkan putra sulung nya memanggil nya Ayah.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now