Pertama

26.8K 1.1K 28
                                    

~Ketika dia selalu bertanya, dimanakah letak kesalahannya~

***


BRUKKKK

CHITTTTT

"NGIUNGIUNGIU"

Suara sirine ambulans menjadi backsound kota sore ini, kejadian beberapa menit lalu menyita perhatian seluruh pengguna jalan raya. Kecelakaan beruntun tak dapat dihindari oleh sebuah mobil Jazz warna silver yang menabrak pembatas jalan dan akhirnya jatuh ke jurang sedalam 19,58 m dibawahnya.

Jalan yang terlampau macet menambah susana sore hari ini begitu menyesakkan, tatapan kasihan dan jijik dari beratus pasang mata menambah susana lebih menyeramkan. Satu persatu puing puing mobil diangkat dan dibawa ke kantor polisi guna proses pemeriksaan, sedangkan para korban yang ada di dalam mobil itu dilarikan ke rumah sakit terdekat. Biarlah, semua ini menjadi saksi, awal bagaimana perjuanganya.

▭⎼▭⎼▭⬚۪۪❁۫۫᭢₍☁⁾۪۪❁۫۫᭢⬚▭⎼▭⎼▭

CTARRRR

CTARRRR

CTARRR

CTARRRR

CTARR

"Setelah membunuh istri dan anak perempuan saya, kamu masih mau membunuh anak saya hah?!!!"

"Bukan seperti itu pahh, maaf"

"Apa permintaan maafmu itu bisa mengembalikan anak dan istri saya?!!"

"Dasar pembawa sial, tidak tahu diuntung, Anak sialan"

▭⎼▭⎼▭⬚۪۪❁۫۫᭢₍☁⁾۪۪❁۫۫᭢⬚▭⎼▭⎼▭

'Arghhhhhhh'

Suara cambukan dan teriakan ayahnya selalu menjadi backsound setiap mimpinya, luka yang selalu bertambah setiap harinya, dan sebuah pisau kecil yang selalu mengobati setiap lukanya untuk sementara.
Dialah Gavino Mahardika. Ahh.. Pantaskah dia masih bermarga Mahardika?? Sedangkan dia saja sudah dianggap 'Mati' oleh ayahnya yang tak lain adalah Mahardika.

Gavin terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah dan keringat sebesar biji jagung yang menetes didahinya.

Matanya menyorot kedepan dengan pandangan sayu, perlahan tapi pasti Gavin memijit pangkal hidungnya guna meminimalisir rasa pusing yang dirasanya.

Tesss
Tess
Tess

Gavin meringis kala merasakan suatu cairan mengalir dari hidung mancungnya, Gavin segera menutup hidung dan berlari ke arah kamar mandi kecil dikamarnya, mencoba menghentikan laju cairan merah nan anyir itu lalu mencuci muka.

Gavin keluar dari kamar mandinya lalu menuju sebuah almari yang dipintunya terdapat sebuah cermin kecil. Gavin tersenyum miring disana karena menatap pantulan dirinya dengan kondisi yang memprihatinkan. Wajahnya pucat, dengan luka lebam di ujung bibirnya karena sebuah tindakan 'Kasih sayang' yang dilakukan oleh orang yang paling dia hormati di dunia ini, siapa lagi kalau buka Mahardika, sang kepala keluarga sekaligus ayah dari seorang Gavin dan Kavin.
Gavin dengan gontai berjalan menuju ke tempat tidur dan mulai menyelami mimpi indahnya bersama dengan orang orang yang menyayanginya dengan tulus di dunia mimpinya.

GAVINDonde viven las historias. Descúbrelo ahora