6

385 43 2
                                    

Cinta dan sahabat adalah hal yang paling sakral di dunia.

****

"Aku mau kasih bunga ini ke dia, buat permintaan maaf karena aku batalin rencana jalan kita," terang Alvonda kepada Athala yang kini menatap pria itu dengan nanar.

Mencelocos hatinya, ia mengalihkan wajahnya. Apa maksud Alvonda saat memintanya memilihkan bunga, dan kenapa ia begitu bodoh mau saja saat menerima ajakan lelaki itu.

"Eve itu, anaknya asyik." Athala kini menoleh, menatap lelaki itu sedang mengulas senyumnya menatap bunga yang ada ditangan lelaki itu.

"Anaknya selalu ceria," lanjutnya. Ia tersenyum kaku saat Alvonda beralih menatapnya.

"Dia teman kamu, kan?"

Athala mengangguk, sedetiknya gadis ini terpaku saat lelaki itu mengusap lembut rambutnya.

"Saya permisi," ujar Athala.

Tangannya tercekal.

"Mau antar aku kerumah Eve, sebab  aku tak tau rumahnya," pintanya.

Athala terdiam, perlahan ia melepas cekalan itu.

"Gimana kalau saya kasih alamatnya saja?" tanya Athala yang sangat ingin pergi dari tempat ini.

"Maaf, ponselku lowbat, jika kamu itu memberi tahu lewat kertas, aku baru ada di kota ini beberapa hari lalu, jadi tidak terlalu hafal jalan," tolak halus lelaki itu.

"Tolong," pinta Alvonda.

"Demi Eve," lanjutnya.

"Naik," ujar Alvonda yang kini sudah berada didalam mobil. Entah ada hati dari mana, ia mau.

"Aku bukan sopir," ujar lelaki itu saat Athala duduk dikursi belakang.

Apa lelaki ini tidak merasa bersalah sedikitpun, datang dikehidupannya kembali, dan memporak-porandakan kembali hidupnya secara perlahan. Ia tersenyum miris menatap jalan dari kaca. Bahkan datangnya lagi tak beri kejelasan apapun, ets! Untuk apa ia meminta penjelasan bukankah semua telah usai? Ucapnya sendiri bahkan.

Athala tak ikut turun, ia hanya berada didalam mobil melihat Alvonda yang berjalan menuju pintu utama rumah sahabatnya, ia memalingkan wajah saat Eve telah nampak.

Air matanya dengan sombong keluar tanpa diminta. Ia melepas safety belt kemudian dengan perlahan membuka pintu mobil, ia memilih pergi.

Untuk apa juga menyaksikan seperti ini, Athala memeluk tubuhnya yang berada ditrotoar, pandangan kosong di malam yang ramai, tapi baginya ini sangat sepi.

Disisi lain, Alvonda selesai berbincang dengan Eve diteras rumah, ia memilih pulang.

Kosong!

Alvonda mendongak menatap gerimis yang turun, disisi lain Athala terkekeh ketika mendapati hujan, dan terdiam dipembatas jembatan besar, gadis ini menikmati hujan yang gerimis ikut menangis bersamanya.

Disaat Alvonda memutuskan mencari Athala dijalan, Athala menghentikan taxi, dan pulang.

Dan sebenarnya, ini adalah salah satu jalan agar Alvonda tahu rumah gadis itu yang sekarang, tetapi seperti nya semesta belum mengizinkan.

Dengan baju yang sedikit basah sebab terkena gerimis, ia memasuki rumah yang tampak sepi.

Air matanya menetes ketika melihat Shera menangis didepan Doni, saat itu pula Doni yang mengetahui ada Athala, langsung membenarkan jas dan melewati Athala dan pergi begitu saja dari rumah, malam ini lagi, dan lagi.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang