67

193 14 23
                                    

Kebahagiaan yang paling tulus adalah bersyukur.

****

"Ada kabar gembira, kita akan pindah  ke rumah lama," ujar Shera dengan sumringah.

"Rumah lama?"

"Rumah lama, deket rumahnya Ravel itu loh, masa kamu lupa," jelas Shera yang mengingatkannya pada sebuah kenangan, lagi dan lagi.

"Besok?" tanya Athala kembali.

"Sekarang apa besok ya?"

Athala menghela nafas, ia merasakan kecewa, untuk apa membeli rumah? Jadi tak akan kembali bersama Doni lagi?

"Kalau begitu, akan bereskan semua barang-barangnya, Bu," ujar Inah.

"Bi Inah udah sehat?"

"Udah, Bu. Saya sudah sehat," sahut Inah.

"Kenapa pindah?" lirih Athala secara refleks berkata demikian.

Shera yang fokus pada ponselnya ini mendongak.

"Kenapa emangnya?" tanyanya balik.

Athala menggeleng.

"Kalau gitu, kamu antar Mama pergi ke butik, nanti kamu balik lagi bawa mobilnya," ujar Shera kembali.

Athala mengangguk lirih, tak tahu apa yang sedang dirasakannya.

"Rencana Mama mau buat taman aja dibelakang rumah nanti, gimana tuh menurut kamu? Kan kamu sering tuh beli bunga mawar putih," ucap Shera saat memasuki lift.

"Iya gak papa," sahut Athala lirih.

DEG!

Mereka berdua yang baru keluar dari lift otomatis termenung, bibir Athala melengkung keatas otomatis, gadis ini langsung memeluk Doni refleks. Doni maupun Shera juga terkejut akan hal ini.

"Darimana kamu tahu kalau tinggal di sini?" tanya Shera.

Athala melerai pelukan, ketika Shera menarik tangannya untuk menjauh dari Doni.

"Terima ini, Thal," ujar Doni memberi sebuah amplop lagi.

"Kamu sehat kan?" lanjut Doni.

Athala mengangguk, dengan seperti ini saja, Athala sudah bahagia, kunci hanya satu, bersyukur.

"Jangan beri dia, jangan pernah mau!"

"Tolong terima," ujar Doni memohon dengan sangat.

"Balikan uang itu Athala," ujar Shera tanpa merespon Doni.

"Ini hak Athala, dan—"

"Apa kamu mau Athala ditampar lagi? Apa kamu—" Shera menyela ucapan Doni disela Doni kembali.

"Ditampar?" sela Doni pula.

"Iya! Ditampar oleh Citra! Perlu kamu tahu uang yang pernah kamu beri ke Athala itu telah diambil kembali oleh Citra!"

Athala menatap Shera

Darimana Shera tahu bahwa Citra itu telah menamparnya.

"Aku gak rela, gak papa aku dikatain pelakor dan lainnya, jangan untuk Athala, dia gak salah!" lanjut Shera.

"Diambil Citra?" tanya Doni lirih.

"Kenapa gak pernah bilang? Citra itu memang sudah keterlaluan," lanjut Doni.

"Kami gak papa, kami tetap akan bisa hidup tanpa uang kamu," sahut Shera.

Tubuh Doni luruh dihadapan mereka  dengan menekuk kedua lututnya, dia adalah orang yang memakai pakaian jas rapi ini tertunduk pasrah di depan mereka.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now