13

325 32 0
                                    

Tentang mu aku dipaksa untuk mengakhiri sebuah kisah, bahkan disaat aku belum memulai apapun

Waktu bisa hapus sedihmu, tapi tidak untuk kenangannya. Kenangan masih terasa melekat di lubuk hatinya. Jauh dilubuk hatinya dia masih kekasih hatinya, ia masih segalanya.

"Jangan geer saya datang karena ingin dengar penjelasan kamu! Tapi ini permintaan Kyla." ucap Athala menatap tajam.

Kyla memintanya untuk menemui Alvonda saja. Semalam ia bergelut dengan hati dan egonya.

"Aku tahu kamu gak akan dengerin penjelasan aku."

"Buat apa?" ucap Athala.

"Aku hanya rindu. Kenapa kamu berubah?" Athala terkekeh mendengarnya.

"Saya tidak pernah berubah." ucap Athala kemudian mengemasi barang-barangnya.

"Untuk apa menyuruh saya untuk bertemu kalau ternyata gak guna seperti ini."

Alvonda menghela nafas kasar. "Duduk dulu ... aku akan jelasin." Athala duduk kembali.

"Apa kamu gak kasih aku kesempatan kedua?" tanya Alvonda.

Apa yang terjadi kepada masing-masing satu tahun belakang? Apa yang terjadi pada hatinya?

"Aku melepasmu karena aku gak akan pernah buat kamu bahagia."

"Itu menurut siapa?" tanya Athala memotong ucapan Alvonda.

"Alasan paling klise yang pernah saya dengar." lanjut Athala dan langsung pergi.

Ia benar-benar meninggalkan Alvonda yang masih duduk termenung. Ia tahu Athala tak pernah mau mendengarkan penjelasannya. Tapi ia akan terus mencoba.

Athala keluar dengan perasaan campur aduk. Harusnya ia duduk terdiam mendengarkan ucapan Alvonda sampai akhir seperti permintaan Kyla semalam.

Tapi apa yang dilakukannya? Ia pergi! Hendak berbalik tapi harga diri memenuni pikirannya. Athala akan tetap teguh pada pendiriannya yaitu tak akan menganggap apapun yang berada di masalalunya.

Alvonda sudah punya Eve, sahabatnya. Sahabatnya yang berhasil  menggantikan dirinya. Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang memberi penjelasan.

Kenapa disaat Athala terpuruk guna mencari tahu kenapa tiba-tiba menjauh begitu saja dia tak ada dan setahun lamanya ia menunggu. Setelah rasa benci yang keluar dari mulutnya hadir kenapa justru ia datang.

Ia memasuki rumah seketika menghentikan langkahnya saat Doni berada di depan kamarnya.

Athala memutuskan kontak mata kemudian beralih memasuki kamar. Tangan yang memutar knop pintu terhenti saat Doni memanggilnya dengan sebutan nama. Hanya beberapa kali seorang papanya menyebut dirinya dengan namanya.

"Saya melakukan ini karena saya mempunyai alasan tersendiri." ujar Doni.

"Saya minta jangan pernah macam-macam." ucap dingin Doni.

Athala cukup paham apa maksud dari ucapan ini.

Athala menarik nafas. "Saya gak akan nyakitin orang yang saya sayang dengan sebegitu bodohnya." sahut Athala penuh penekanan.

"Yang perlu anda ingat. Jika Mama mengetahuinya itu lebih sakit dari sakit yang saya rasakan. Ya ... saya tahu Anda tidak peduli dengan rasa sakit saya. Gak papa untuk saya tapi jangan untuk Mama." tutur Athala dingin kemudian memasuki kamarnya.

"Selamat malam." lanjutnya dingin.

Ucapan yang selalu diucapkan Athala ketika malam kepada Doni.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now