62

152 14 15
                                    

Saat aku bertanya apa hobimu, kau jawab 'main'. Pada saat itu aku bingung, tapi kini aku telah mengerti, aku sadar bahwa 'aku' yang akan menjadi permainanmu.

****

Athala mengaduk ice cappucino yang isinya tinggal setengah.

Alvando tak kunjung datang, senja sudah hendak menampakkan diri.

Athala menopang dagu, ia menoleh ke samping, karena cafe ini dikelilingi oleh kaca, jadi Athala dapat melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya depan cafe. Dan didetik itu juga, ia melihat Alvando di dalam mobil menatapnya kemudian menurunkan kaca mobilnya.

Athala tersenyum melihatnya.

Alvando langsung saja melambaikan tangan, menyuruhnya untuk kemari.

Dengan cepat Athala berdiri menemui Alvando di luar cafe.

"Masuk," ujar Alvando.

Tak mengerti untuk apa Alvando kini menggunkan mobil.

"Aku udah pesan—"

"Gak papa, ayo masuk," sela Alvando.

"Mobil lo kemana?" lanjut Alvando membuat Athala terdiam.

"Gu-gue tadi naik taxi," sahutnya berbohong.

"Kok gak pakai seragam, bukannya lo pulang sekolah?"

Athala bergeming, hanya butuh untuk berjalan kaki menuju cafe ini jika dari apartmentnya.

"Kenapa pakai mobil?" tanya Athala beralih dari pertanyaan Alvando.

"Dan kenapa juga lo berpakaian kayak gini?" lanjut Athala menatap Alvando dari atas hingga bawah.

Alvando memakai setelan jas, seperti orang yang bekerja dikantoran.

"Hari ini adalah hari baik, karena gue resmi megang perusahaan bokap gue Thal," terang Alvando.

"Wah!" Antusias Athala.

"Jadi ini alasan gue telat, dan sebagai gantinya, gue mau ajak lo keliling."

"Keliling?" tanya Athala tak mengerti.

"Keliling kemanapun," sahut Alvando.

Athala menatap tangan kedua tangan Alvando yang berada di stir mobil.

Deg!

Cukup lama Athala melihat jemarinya dan membuatnya melamun karena ia berfikir keras soal itu.

"Kenapa?" tanya Alvando saat Athala melamun.

Dengan cepat Athala menggeleng, ia kembali menghadap, tapi pikirannya hanya satu.

"Gue pernah kesini sih," ujar Athala saat Alvando mengajaknya menuju sebuah tempat seperti alun-alun kota, yang ramai penjual disekeliling jalan, Athala kesini bersama Doni dan Shera yang pada saat itu juga bertemu Citra.

Alvando membukakan pintu untuk dirinya, Athala hanya tersenyum.

"Udah malam gak papa, kan?" Athala hanya mengangguk.

"Lo duduk sini dulu," lanjutnya, kini  Alvando langsung ngacir pergi tanpa ada persetujuan dari Athala.

Athala menghela nafas panjang, gadis ini duduk di kursi panjang yang pas ada dibelakangnya.

Fikiran Athala kembali pada hal yang tadi tak sengaja dilihatnya.

Alvando menempelkan dua buah ice cream berbentuk kerucut dikepalanya sehingga seperti tanduk.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now