50

236 20 33
                                    

Mengenalmu adalah sebuah perjalanan mengenal rasa yang tak akan pernah padam

***

"Lo yang tadi kan?" tanya Kyla kepada sosok jangkung di dalam ruang inap Athala.

Alvando mengangguk.

"Kyla," ujar Kyla menyodorkan tangannya.

"Alvando, panggil saja Alvan." Kyla mengangguk.

"Ini Nara, ini Lala," ujar Kyla kembali.

"Kita sahabatnya Eve sama Athala," timpal Nara.

"Sejak kapan Athala koma? Dan apa sebabnya koma?" tanya Alvando menatap Athala yang terbujur dengan alat-alat yang terpasang ditubuhnya.

"Jadi ada obat yang telah dikonsumsi Athala, yang itu adalah obat penenang yang dosisnya sangat tinggi, dan dia jatuh dari tangga," jelas Kyla.

"Buat apa Athala mengkonsumsi obat itu?" tanya Alvando yang hanya dijawab gelengan oleh Kyla.

Alvando duduk di kursi sebelah brankar Athala.

"Gue kangen lihat senyum lo, senyum lo limited edision tapi bikin ketagihan," batin Alvonda dengan tersenyum menatap Athala.

Nara menarik tangan Kyla untuk menjauh.

"Dia kenal Athala sejak kapan? Dan apa hubungannya? Terus dia siapanya Alvonda?" ujar Nara berbisik.

"Gue juga gak tahu, masa iya dia kakaknya Alvonda?" ucap Nara.

"Kakak ini siapanya kak Alvonda?" Nara dan Kyla melotot ketika mendengar ucapan yang keluar dari seorang Lala.

"Tanya aja sama dia," sahut Alvando dengan terkekeh.

"Sebelumnya kita pernah ketemu kan? Waktu Athala dan Alvonda kecelakaan?" ucap Kyla mengingat itu.

Mulut Alvando terkatup saat masuk seorang dokter dengan seorang suster yang merawat Athala membuat Alvando beranjak.

"Keluarga pasien?" tanya Dokter tersebut.

"Bentar sebentar lagi datang kok dokter," ujar Kyla.

"Gimana keadaan putri saya, Dok!" ujar Shera yang baru saja datang bersama Doni dan Eve juga.

Eve yang melihat Alvando langsung memilih keluar dari ruangan dan memilih pulang.

Terdengar helaan nafas panjang dari Dokter tersebut, gerimis sore ini turun, yang mungkin akan hujan lebat.

"Saya mau menyampaikan sesuatu, saya sudah melakukan semaksimal mungkin. Saya pasrah atas kondisi pasien Athala, harapannya sangat kecil, dan sudah seminggu hari ini pasien belum ada kemajuan sama sekali," jelas Dokter.

"Saya minta untuk menandatangani surat ini, surat pencabutan alat pernafasan yang ada pada diri pasien, kami pasrah," lanjut Dokter membuat semua terisak.

"GAK! Lakukan yang terbaik Dok, saya percaya Athala pasti sadar!" seru Kyla membuang surat tersebut ke lantai.

"Sama aja ini pembunuhan!" timpal Nara.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now