8

360 38 3
                                    

Cukup nikmati saja hubungan kita sebagai dua orang yang saling berbagi cerita. Tidak usah ada urusan hati.

"Kak Alvonda!" teriak gadis berambut pirang.

Yang diteriaki hanya melewatinya. "Kak!" teriaknya kembali bebarengan dengan Athala yang juga melewatinya.

"PUAS LO!" bentak Eve tiba-tiba.

"Dia ngehindarin gue karena lo deketin dia!" lanjut Eve menghampiri Athala.

Athala termenung tak mengerti dengan sikap Eve. "Eve tunggu!" ucap Athala menyusul Eve yang berlari.

"Gue benci sama lo!" seru lantang Eve dihadapan seisi kelas.

"Munafik!" ucapnya kembali.

Kristal bening lolos dari air mata Athala yang masih berdiri termenung menatap Eve.

"Lo yang munafik!" seru Nara menatap Eve nyalang.

"Lo tuh gak tahu diri! Cuma karena cowok lo tinggalin kita yang selalu ada buat lo. Kalau lo punya  masalah sama tu cowok, jangan dilampiasin ke kita dong!" lanjut Nara menggebu.

"Oh jadi temen murahan lo yang munafik itu cerita ya" ucap Eve sambil terkekeh.

PLAKKK.

Suara tamparan menggema diruang kelas.

"Lo tampar gue?" ucap Eve menatap Nara berang.

"Itu pantes buat bitch kayak lo" jawab Nara.

Athala terkejut bukan main, sahabatnya telah rusak dan main kekerasan hanya karena salah paham yang berasal dari dirinya sendiri.

"Cukup!" teriak lantang Lala saat Eve hendak melayangkan tamparan kepada Nara guna membalas dendam.

"Dengerin gue! Kalau sampai cowok gak jelas itu gak nganggep lo dan buang lo! Jangan harap kita bakal ada buat lo!" ucap Nara penuh penekanan.

"Apa? Coba ucapin sekali lagi. Gue gak denger." ucap Eve dengan tertawa.

"Lo pikir gue sudi? Sorry gue gak sudi punya temen kayak kalian!" lanjutnya menatap Nara dengan berani.

"Apalagi muka polos kayak dia! Muka aja polos ternyata munafik dibelakangnya."

Eve menatap Athala tajam kemudian keluar kelas.

Athala menghapus air matanya, ini semua salahnya. Tak pernah terbesit dipikirannya tentang persahabatannya yang menjadi seperti ini.

"Ini salah gue." ucap Athala lirih.

"Gak, Thal! Ini bukan salah lo!" ucap Nara menasehati.

"Gue gak akan ninggalin lo."

***

Udara malam membuatnya memakai jaket berwarna abu-abu. Athala akan pergi ke rumah sakit menemui mamanya.

"Non Athala mau kemana malam-malam." tanya Surya-sopirnya.

"Mau ke Mama."  jawabnya.

"Diantar atau?"

"Saya sendiri saja." jawabnya sambil tersenyum.

Mengalun lagu Amin Paling Serius di telinganya ketika ia memasang sebuah earphone berwarna abu-abu.

Athala menatap jalanan yang cukup lenggang hari ini, entah ia akan pergi kemana.

Ia tersenyum saat melihat seorang lelaki mencium kening seorang perempuan yang tak lain mereka adalah orangtuanya.

Ia hanya mengintip dari kaca pintu di kamar inap mamanya, Athala mengurungkan niat untuk memasuki ruang itu. Ia yakin mamanya sangat bahagia.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now