9 ||KEKOSONGAN

13.3K 2.4K 63
                                    

ANGIN berhembus pelan. Menyapu bersih wajah lelaki yang kini tengah memandang kosong ke depan. Hidup segan mati tak mau. Itulah kata-kata yang mungkin menggambarkan dirinya saat ini. Menatap hamparan langit yang dihiasi kerlap-kerlip bintang.

Ingin rasanya Ia menjadi langit malam. Walau gelap, namun dirinya masih ditemani cahaya bintang.

Tersenyum miris, Lukas meratapi nasibnya. Mengingat kala dirinya hampir saja bunuh diri waktu itu. Kalau bukan karena sekelebat bayangan wajah polos milik adiknya, mungkin sekarang dirinya sudah berada di alam yang berbeda.

Dari balkon kamarnya, Ia masih bisa mendengar keributan yang diciptakan oleh kedua orang tuanya. Teriakan yang memekakkan telinga, bunyi piring pecah yang semakin merusak suasana.

Bisa saja dirinya pergi ke bawah, melerai keduanya. Namun, semua itu terlalu repot bagi dirinya. Malas bertatap muka dengan mereka. Malas mendengar ocehan keduanya yang tak pernah ada yang mau mengalah.

Matanya menatap ke dalam kamar. Menatap bocah cilik yang kini tertidur pulas di ranjang kamarnya. Dialah yang menjadi alasannya bertahan walau sebenarnya enggan.

Entah mengapa, pikirannya tiba-tiba terbang kepada gadis manis yang berhasil membuat harinya 'sedikit' berwarna.

Hana.

Gadis itu-

Perlahan akan melunturkan sebuah benteng yang melekat di relung hatinya.

◎◎◎◎

Lain tempat lain suasana.

Sepi.

Itulah yang dirasa.

Duduk di balkon kamar, memandangi gelapnya malam dengan sesekali meminum jus tomatnya. Hana meringis mengingat kejadian tadi siang. Saat dirinya dengan bodohnya pingsan ke dalam pelukan Lukas kala cowok itu selesai membacakannya sebuah puisi cinta. Dan berakhir di UKS dengan Lukas yang menggendongnya.

Hana menatap secarik kertas di tangannya. Sebuah list halunya selama hidup di dunia.

Dibonceng Doi √

Digombalin Doi √

Digendong Doi √

Lihat dadanya Doi √

Jatuh ke pelukan Doi √

Doi datang ke rumah √

Datang ke rumah Doi √

Kenal salah satu anggota keluarga Doi √

Kira-kira itulah wishlist Hana yang sudah terpenuhi. Dari sekian banyak list halu miliknya, baru delapan yang sudah terpenuhi.

"Kapan pacaran sama Doi-nya?"

Hana mencebikkan bibirnya. Meratapi nasibnya soal cinta. Bisa-bisanya dirinya terjebak dalam istilah 'Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan'. Ingin rasanya Hana menggantinya dengan 'Cintaku Bertepuk Kedua Tangan' atau bahkan kaki sekalian.

Rasa cintanya terhadap Lukas semakin membesar tiap harinya. Rasa ingin memilikinya semakin bertambah setiap menit. Hasrat ingin menciumnya selalu mendorongnya setiap detik.

Eh?

Hana terkekeh, memukul kepalanya pelan mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran ngeres yang bersarang di otaknya.

Ya,

Hanya Lukas.

Hanya dirinya yang mampu membuatnya menjadi ABG BuCin.

Hanya Lukas harapan satu-satunya untuk dapat bahagia di dunia yang fana.

◎◎◎◎◎

Hana berjalan di koridor dengan senyum ceria tanpa mengindahkan tatapan aneh dari siswa-siswi lain. Terserah mereka kalau mau mengatainya gila. Toh itu juga ada benarnya. Gila akan cintanya kepada Lukas maksudnya.

Hana terkikik, dari sekian banyaknya hal yang ada di dunia. Hanya Lukas yang Setia Setiap Saat hinggap di pikirannya. Seperti iklan rexona saja.

"Gila kayaknya." Rahel menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Pagi-pagi seperti ini sahabatnya sudah dihinggapi setan Halu.

"Gue lagi ngebayangin dinner romantis sama Ayang Lukas." Ucap Hana tanpa menghilangkan lengkungan senyum yang semakin melebar di bibirnya. Rahel berharap bibir sahabatnya itu tidak sampai robek.

"Ckckck. Jiwa keHaluan ko kayaknya udah mendarah daging sampe ke DNA, gue takutnya lo overdosis."

Hana melotot tak terima. Ia menggeplak keras kepala sahabatnya hingga membuat sang empunya berteriak kesakitan, "Lo kira gue kelebihan dosis obat?"

Rahel menatap Hana sengit, "Sebagai kembaran lo. Gue punya niat baik buat ngingetin. Gue nggak mau kembaran gue mati gara-gara overdosis. Apa lagi overdosis halu lo yang nggak pernah terwujud itu."

Hana hanya menatap Rahel datar. Ingin rasanya menjedotkan kepala itu ke dinding sampingnya. Namun sepertinya itu bukan ide bagus karena kalau tidak ada Rahel siapa lagi yang akan menjadi tempat curhatnya? Tempat melampiaskan kekesalannya gara-gara ditolak Lukas. Siapa lagi yang mau menemani Hana saat pup di WC sekolah yang menurut Hana mengerikan walau kenyataannya tidak.

Sahabat Hana itu baik sekali.

◎◎◎◎◎

Salam,

Ia💟

HALU(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang