27||PERMINTAAN MAAF

9.2K 1.9K 20
                                    

Ucapan Clara di taman belakang tadi berhasil membuat Hana merasa gemetar. Ia berlari sempoyongan menuju rumah Rahel yang lumayan jauh dari sekolah. Ia terlalu bodoh karena menangis terlalu lama di taman hingga tak sadar waktu. Semua murid SMA Cakrawala sudah pulang sedari tadi. Hana yang kalut sampai tidak ingat untuk membawa tas beserta handphone juga uangnya.

Penampilan Hana kini benar-benar kacau. Ia berlari secepat mungkin walau tadi sempat beberapa kali terjatuh. Namun hal itu tidak mampu memundurkan niat Hana untuk meminta maaf kepada sahabatnya.

Hana mengusap peluh yang membanjiri keningnya. Ditatapnya rumah besar di hadapannya dengan tatapan sendu. Sudah sekitar satu minggu ia tidak mengunjungi rumah ini. Hana memutuskan untuk segera masuk ke dalam. Dipencetnya bel yang ada di hadapannya dengan tidak sabaran berharap pintu kayu itu segera terbuka.

Setelah beberapa saat akhirnya pintu itu terbuka menampakkan Rahel yang kini sudah mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek. Refleks Hana memeluk Rahel erat lalu menangis tersedu dalam pelukan Rahel. Cukul lama Hana menangis namun Rahel hanya diam dan entah kenapa Hana tidak merasakan kalau Rahel membalas pelukannya. Gadis itu hanya mematung memandang kosong kedepan.

Hana mengurai pelukannya. "Rahel, gue-"

"Mau apa lo kesini?" Tanya Rahel dingin. Matanya menatap tajam seolah enggan melihat kehadiran Hana.

"Gue mau minta maaf sama lo. Gue akuin gue salah. Gue salah paham sama lo, Hel. Maafin gue." Ujar Hana sembari menunduk.

Rahel tertawa sinis, tangannya bersedekap dada menatap Hana remeh. "Maaf? Lo pikir dengan maaf bisa ngerubah semuanya? Bisa bikin kita balik kayak dulu? Bukannya lo sendiri yang bilang kalau gue ini bukan lagi sahabat lo?"

Hana benar-benar merasa hancur sekarang. Dunianya terasa hancur saat sahabat satu-satunya yang ia miliki tidak lagi menginginkan kehadirannya.

"Gue cuma lagi emosi, Hel. Tolong maafin gue. Gue nggak ada siapa-siapa lagi kalau bukan lo. Mami gue jarang peduli sama gue. Yang gue punya cuma lo sama Bi Sarmi. Maafin gue, Hel." Pundak Hana bergetar disertai isak tangisnya. Tubuhnya jatuh berlutut di hadapan Rahel.

"Maafin gue, Hel."

"Sayangnya nggak segampang itu, Na." Setelahnya Rahel kembali memasuki rumahnya meninggalkan Hana yang masih menangis di tempat.

*****

Sudah beberapa hari ini Hana merasakan kekosongan dalam hidupnya. Sebisa mungkin ia menjauhi Lukas. Hana hanya tidak ingin lelaki itu cemas dengan keadaannya. Jangan sampai Lukas menyalahkan dirinya sebagai penyebab dari hancurnya hubungan persahabatan Hana dan Rahel.

Beberapa hari ini Hana sering melewatkan waktu makannya. Kalaupun dia makan paling tidak hanya dua sendok saja. Nafsu makannya mendadak menguar begitu saja. Setiap pulang sekolah Hana selalu mendatangi rumah Rahel berharap gadis itu memberikan maafnya.

"Na."

Panggilan itu membuat Hana yang tadinya menunduk kini mendongak. Hampir saja ia berdiri berniat menghindar tetapi Lukas lebih dulu mencekal tangannya.

"Kenapa?" Tanya Lukas. Ia memegang kedua bahu Hana. Mata tajam Lukas mencari binar mata yang selalu terlihat terang di mata indah Hana. Tapi saat ini Lukas tidak mendapatkan binar di mata indah milik Hana. Hanya ada kekosongan di sana.

"Aku-"

Hana tidak lagi bisa berkata-kata. Lidahnya terasa kelu untuk menceritakan semuanya. Yang ia bisa hanya menangis. Menangisi kebodohan yang dilakukannya terhadap Rahel.

"Kamu kenapa? Kenapa akhir-akhir ini menjauh dari aku?" Lukas membawa Hana kedalam rengkuhannya. Diusapnya punggung Hana dengan lembut.

Lukas menghela napas panjang.

HALU(Completed)Where stories live. Discover now