15 ||NGEDATE

10.8K 2.2K 72
                                    

"RAHEL!"

Teriakan Hana dari ujung telepon membuat handphone Rahel terlempar secara tiba-tiba. Rahel berdecak kesal lalu memungut handphonenya yang untungnya masih terlempar di atas kasur. Kalau sampai iphone 11 pro max miliknya lecet, dirinya tidak tanggung-tangggung untuk menyuruh Hana menggantinya dengan yang baru.

"Apa sih, Na?" Tanya Rahel kesal.

Hana terkikik geli merasa berhasil menjahili sahabatnya itu. Hana berguling ke samping lalu menggigit guling bermotif bunga matahari miliknya.

"Gue diajak ngedate Lukas masa?"

Dari seberang sana, Hana dapat mendengar Rahel tertawa ngakak. Hana cemberut.

"Beneran tau."

"Kayaknya jiwa kehaluan lo perlu di bawa ke spesialis jiwa, deh."

Hana melotot, "Lo pikir gue sakit jiwa?"

"Itu lo tahu." Rahel kembali tertawa lagi bahkan sampai memukul-mukul bantal saking lepasnya tertawa.

"Sumpah, Hel. Gue nggak bohong. Jodoh gue udah janjiin ini sebelumnya. Katanya, selesai pemilos dia bakal ajakin gue ngedate."

Ucapan Hana berhasil membuat tawa Rahel berhenti. Cewek itu kembali duduk dengan benar. "Seriusan, lo?"

Hana mengangguk walaupun Rahel tidak dapat melihatnya mengingat mereka tidak melakukan video call.

"Suer."

"KOK BISA?!"

Hana menutup gendang telinganya, begini rasanya mendengar teriakan membahana Rahel.

"Bisa, lah. Kayaknya nih, Lukas udah mulai suka sama gue." Ucap Hana sombong.

"Pede anjir."

"Hush! Perempuan nggak boleh ngomong kasar. Btw, lo tahu nggak tadi Lukas ngasih gue apaan?"

"Apaan?"

"Coklat Hel. Ini bukan coklat murahan, ini beneran coklat mahal. Gue yakin lo nggak pernah makan."

"Ngejek, lo?"

Hana terkekeh, "Fakta, kan?"

"Kok bisa Lukas ngasih lo coklat? Setan apa yang merasukinyaa?"

"Kan gue udah bilang. Lukas mulai suka sama gue."

Rahel berdecak, "Bisa nggak, hilangin jiwa kehaluan lo itu?"

Tawa renyah Hana terdengar. Tawa yang menurut Rahel mengerikan. Tawa kencangnya mirip kuntilanak di kuburan samping rumahnya.

"Btw lo udah sembuh?"

"Udah dong. Kan abis terima COKLAT MAHAL dari babang Lukas." Ujar Hana sengaja mengencangkan kalimat 'coklat mahal' hingga membuat Rahel kesal dan memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

"HAHAHAAHAHA........"

Tawa Hana menggelegar di kamarnya. Sepertinya, ucapan Rahel benar kalau Hana memang perlu periksa ke spesialis jiwa.

Hana menggeleng pelan, mencoba mengenyahkan gangguan jiwa yang tertanam di dalam dirinya. Ia terkekeh pelan, lalu berjalan ke arah meja belajarnya yang langsung menghadap ke jendela. Hana membuka jendelanya, membiarkan semilir angin menerpa wajahnya.

Gadis berambut sepunggung itu mengambil buku diary miliknya dengan ketebalan 750 halaman yang hampir penuh. Tentu saja dari sekian banyak halaman buku diary itu, semua hanya tentang Lukas, Lukas, dan Lukas.

HALU(Completed)Where stories live. Discover now