33||INGIN MENYERAH

8.9K 2.1K 54
                                    

Hana menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sedari tadi ia menghela napas lalu menghembuskannya. Hal itu sudah dilakukannya berkali-kali namun tidak bisa mengurangi kegugupannya sedikitpun. Tangannya bahkan sampai berkeringat dingin.

Dengan gemetar, Hana berjalan memasuki kelas Lukas. Tangannya mencengkeram erat kotak bekal. Dengan keberanian yang tersisa, Hana berhasil sampai di bangku cowok itu.

Eh ada anak pelakor tuh.

Mau ngapain sih dia?

Mungkin mau ngerayu Lukas supaya mau balikan sama dia.

Eh iya di 'kan udah putus.

Iyalah, mana mungkin Lukas mau nerima anak pelakor dari hubungan orang tuanya?

Hhahahahahhaa.

BRAK!

Lukas menggebrak mejanya keras merasa terganggu dengan berbagai bisikan yang dilontarkan teman sekelasnya. Lukas yang sedang membaca buku merasa marah terganggu.

Semua penghuni kelas mendadak senyap. Semuanya menunduk takut menatap mata tajam Lukas yang terlihat nyalang saat marah.

"Ngapain kalian ngurusin hidup orang? Udah ngerasa paling bener?!"

Tak ada yang berani menjawab. Hana yang saat ini berada di depan Lukas merasa terkejut. Lukas menatapnya sekilas lalu menarik tangan Hana membawanya keluar kelas. Setitik rasa bahagia muncul di hati Hana. Dirinya rindu genggaman tangan Lukas, rindu mengganggu cowok itu, rindu diejek olehnya, dan juga rindu ucapan-ucapan pedas dari Lukas.

"Mau ngapain?" Tanya Lukas serius. Matanya menatap tajam Hana yang masih menunduk. Mereka berdua berada di taman belakang sekolah.

"A-aku cuma mau ngasih kamu ini." Hana menunjuk kotak bekal yang ada di tangannya.

Lukas mengambil kotak bekal itu. Seulas senyum terbit di wajah Hana. Ternyata, cowok itu masih mau menerima bekal darinya.

"Udah gue terima 'kan? Jadi, stop gangguin gue." Setelah itu Lukas pergi.

Raut kecewa muncul di wajah Hana. Menatap punggung cowok itu yang mulai menjauh dari hadapannya.

"Aku rindu sama kamu, Lukas."

                             ****

SMA Cakrawala ricuh. Teriakan-teriakan dari para murid memekakkan telinga. Keadaan semakin ricuh saat Hana muncul di depan mereka. Timpukan kertas, sampah, bahkan batu mengenai bagian tubuh Hana. Bahkan sekarang, kening gadis itu berdarah karena terhantam batu yang dilemparkan salah satu siswa.

Mereka melakukan demo untuk menjabut Hana dari pangkatnya dengan alasan yang tidak jelas. Mereka mengatakan kalau Hana hanyalah anak dari jalang dan tidak pantas untuk menjadi pemimpin di sekolah mereka.

"TENANG MURID-MURID! HARAP TENANG!"

Bahkan teriakan marah dari kepala sekolah tak lagi mereka dengarkan. Tujuan mereka hanya satu, penjabutan jabatan wakil ketua OSIS Hana. Gadis itu hanya bisa pasrah, dan menangis di depan mereka. Tubuhnya menjadi sasaran empuk seluruh siswa SMA Cakrawala.

"GUE BAKAL LEPAS JABATAN GUE INI!" Teriak Hana lantang. Dirinya menyerah. Ya, menyerah. Menyerah untuk melepas jabatan yang sangat ia impikan sejak dulu.

"GUE BAKAL LEPAS JABATAN SEKARANG JUGA! PUAS KALIAN?!"

Hana mencoba untuk menguatkan suaranya agar tidak bergetar. Beberapa dari mereka menatap Hana kasihan juga banyak yang menatapnya senang.

"Gue nggak tahu salah gue apa sama kalian. Cuma gara-gara masalah kayak gitu kalian perlakuin gue kayak gini. Suatu saat, gue bakal buktiin kalau nyokap gue nggak seperti yang kalian pikirkan!" Dada Hana sesak terasa terhimpit. Hana merasa bahwa dirinya kehilangan segalanya. Hana kehilangan Lukas juga kehilangan teman-temannya. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan.

Dengan kasar Hana melepas pin di dadanya. Lalu memberikannya kepada Miss Jenifer. Guru pembimbing OSIS itu menatap anak didiknya kasihan. Tak seharusnya Hana diperlakukan seperti ini.

Hana menyeka air matanya. "Mulai saat ini, saya resmi melepas jabatan saya sebagai wakil ketua OSIS."

Miss Jenifer ingin mencegahnya. Namun dirinya tidak bisa menghadapi protesan dari murid-murid yang sangat banyak. "Miss kenal ibu kamu. Miss yakin kalau ibu kamu tidak mungkin berbuat seperti itu." Ujar Miss Jenifer.

Hana mengangguk lalu berterima kasih kepada Miss Jenifer sebelum pergi. Dan sekarang, apa yang harus Hana lakukan?

                           *****

Yang bisa Hana lakukan saat ini hanyalah menangis, menangis, dan menangis. Tak peduli matanya yang sudah terasa perih, kepalanya terasa berat, juga tenggorokan yang terasa kering. Hana hanya duduk sendiri di taman belakang. Saat Rahel dan Abel menghampirinya, dia menyuruh mereka berdua pergi dengan alasan ingin sendiri.

"Ayah.....Nana nggak kuat lagi." Hana menangis sesenggukan. Kenapa dunia terasa keji untuknya? Kenapa alam seolah-olah menentang keinginannya untuk bahagia? Pertama, ayah tersayangnya diambil, perhatian dari maminya pun juga diambil. Dan sekarang Lukas. Lelaki penyemangatnya. Teman-teman Hana. Jabatannya.

Semuanya.

Hana merasa tidak berguna saat ini. Dia merasa linglung tak tahu harus bagaimana. Darah di keningnga bahkan sudah mengering. Rambutnya berantakan tanpa dirinya pedulikan. Untuk saat ini, Hana hanya berharap kalau semua ini hanyalah mimpi.

Tepukan di pundak kirinya membuat Hana menoleh. Ditatapnya lelaki tampan yang duduk di sebelahnya.

"Sendirian aja. Nggak takut ada setan?" Ujar cowok itu garing.

Hana hanya menatapnya datar. Humornya mendadak hilang. Tawanya yang biasanya terdengar seperti kunti kini lenyap begitu saja.

Merasa diacuhkan oleh Hana, Nova menggaruk tengkuknya kikuk. "Garing, ya?"

Hana tersenyum tipis. "Makasih." Ujarnya pelan.

Nova tersenyum lebar, ia memberikan sepotong sandwich ke hadapan Hana. Walaupun sebenarnya Hana tidak merasa lapar dan tidak nafsu makan, dirinya tetap menerima sandwich dari Nova.

Keningnya mengerut saat melihat sandwich di tangannya. Bukannya ini sandwich buatannya yang tadi pagi Hana berikan kepada Lukas? Tatapan mata Hana beralih ke arah kotak bekal yang berada di pangkuan Nova.

Kotak bekal itu.

Kotak bekal miliknya. Jadi?

Lukas tidak memakan bekal darinya.

"Ini tadi gue dikasih Lukas. Mungkin dari penggemarnya." Ujar Nova.

Dari kejauhan, Lukas menatap mereka berdua dengan tatapan sendu. "Maafin gue, Na."

****

BINTANGNYA GAESSS!!!!

MENURUT KALIAN GIMANA?

SATU KATA UNTUK LUKAS?

SALAM,

IA❤

HALU(Completed)Where stories live. Discover now