20||JADIAN?

10.6K 2.2K 94
                                    

Hana menggigit bibir bawahnya di depan cermin. Lapisan kaca yang menghiasi matanya meluruh begitu saja. Dadanya sesak seperti terhimpit sesuatu. Mati-matian ia menahan isak tangisnya. Menjauhi Lukas bukan hal yang mudah. Apalagi dirinya memang sudah benar-benar jatuh cinta kepada lelaki itu. Sulit baginya untuk melakukan ini semua.

Hana mengepalkan tangannya mencoba meredam sesak yang semakin menghimpit dadanya. Otaknya ia suruh bekerja memikirkan siapa yang sudah mengiriminya surat-surat aneh akhir-akhir ini.

Ia menghela napas gusar lalu kembali menatap wajahnya di pantulan cermin. Matanya membengkak berwarna merah, hidungnyapun tampak merah dengan bibir yang semakin merona akibat menangis tadi. Siapapun yang melihat wajah Hana saat ini pasti akan tergoda.

Hana berjalan kembali keluar toilet sambil menundukkan kepala. Bahunya merosot lemas seperti tidak ada semangat untuk hidup. Dari arah berlawanan, Lukas berjalan sambil membawa setumpuk kertas HVS yang baru saja dibelinya di tempat fotocopy sekolahan. Mata tajamnya melihat Hana yang berjalan lemas.

Saat mereka sudah saling berhadapan, tanpa sadar mereka melangkahkan kaki bersamaan ke kanan. Saat Hana mengambil langkah ke kiri, Lukas pun demikian. Hana mendongak menatap Lukas dengan menggigit bibir bawahnya keras. Ingin rasanya ia menangis kejer saat ini lalu memeluk sosok yang entah kenapa semakin hari semakin tampan saja.

Lukas terkekeh sinis, "Aneh, ya. Lo yang menghindar tapi malah lo yang nangis."

Hana kembali menunduk. Apa yang dikatakan Lukas memang benar.

"Na?" Panggil Lukas yang membuat Hana kembali mendongakkan kepalanya. Gadis itu meneguk salivanya susah payah saat Lukas menatapnya begitu lekat.

"Lo lihat kertas ini?" Ucap Lukas sambil menunjuk kertas HVS yang masih kosong dan bersih dari coretan. Hana mengarahkan pandangannya kearah kertas itu lalu kembali menatap Lukas bingung.

"Ini-" Lukas memberi jeda sebentar lalu menghembuskan napas pelan, "Seperti gue tanpa lo. Kosong. Jadi, balik warnain hidup gue. Lo nggak pantes cuek kayak gini." Lanjutnya kemudian mengacak rambut Hana sebentar sebelum kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Hana yang mematung di tempat.

"Gimana mau move on kalau lo manis gini, jodohku? Buang Hana ke rawa-rawa ya Allah."

                            ***
Gadis berambut sepunggung itu buru-buru keluar kelas. Dengan langkah cepat, ia berlari menuju gudang sekolah yang berada jauh di belakang sekolah. Orang yang menerornya tadi kembali mengiriminya surat untuk bertemu di gudang. Karena rasa penasaran Hana selama ini, Hana pun menuruti keinginan orang itu.

Karena tidak fokus pada jalanan Hana menabrak seseorang hingga membuatnya terjatuh sendiri. Buru-buru Hana bangkit dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa sempat melirik ke arah orang yang dirabraknya.

"Mau kemana tuh anak? Aneh." Gumam Lukas lalu kembali berjalan kearah ruang OSIS untuk menanda tangani beberapa berkas pengajuan. Tanpa mempedulikan Hana, Lukas kembali melanjutkan perjalanannya.

Dengan napas terengah-engah akhirnya Hana sampai di gudang. Manik hitam miliknya mengedar mencari keberadaan seseorang yang mengajaknya bertemu. Saat dirasa matanya tidak menangkap siluet seseorang akhirnya Hana memilih masuk kedalam gudang dengan beranggapan bahwa orang itu sudah menunggunya di dalam.

Hana membuka knop pintu gudang dengan tidak sabaran. Setelah pintu berhasil terbuka, bau apek dan pengap menyambut indra penciumannya. Ia mengibas-ngibaskan tangannya berharap berhasil mengusir debu.

"Halo?" Ucap Hana.

Hana mengedarkan matanya lalu sontak terkejut saat mendapati sebuah tulisan di papan tulis yang sudah tidak terpakai.

HALU(Completed)Where stories live. Discover now