32||DI UJUNG TANDUK

8.6K 2K 83
                                    

"Putusin pacar kamu!"

Ranti melemparkan beberapa lembar foto ke hadapan Lukas. Wajahnya memerah emosi dengan napas yang terdengar gusar menandakan bahwa wanita itu benar-benar marah saat ini.

"Maksudnya apa Ma?" Tanya Lukas bingung. Ia mengamati beberapa lembar foto dengan kening mengerut merasa tidak paham.

"Selingkuhan papamu itu ternyata ibunya pacar kamu!"

Lukas melebarkan matanya terkejut. Seluruh tubuhnya mendadak lemas. Kenyataan apalagi ini? Kenapa dunia seakan tidak ingin melihat Lukas bahagia? Kenapa disaat dirinya mulai menerima Hana semesta tidak mengizinkannya?

"Ma..."

"Pokoknya mama nggak mau kamu berhubungan dengannya lagi." Ujar Ranti tidak mau tahu. Dirinya sudah terlanjur marah. "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kalau orang tuanya saja begitu, bagaimana dengan anaknya?"

"Lukas emang marah sama ibunya Hana. Tapi kalau sama Hana lain lagi, ma. Mama nggak bisa ngambil keputusan seenaknya sendiri gini." Tentang Lukas. Dirinya marah, sangat marah dengan wanita selingkuhan papanya. Wanita yang menyebabkan retaknya hubungan kedua orang tuanya.

"Turutin perintah mama, Lukas. Sebelum mama ambil tindakan keras. Dan nggak segan-segan menghancurkan kehidupan keluarga Hana."

Setelah mengatakan itu, Ranti beranjak pergi meninggalkan Lukas yang mematung. Jika sudah seperti ini tindakan apa yang harus Lukas ambil? Matanya kembali menatap lembar-lembar foto itu. Disana terdapat foto papanya yang tengah duduk berdua dengan seorang wanita cantik di sebuah cafe yang terlihat sepi. Ada juga foto Hana yang sedang bercengkrama dengan seorang wanita di depan pintu gerbang sekolah. Dia adalah wanita yang sama. Wanita yang tertangkap kamera tengah berduaan dengan papanya.

"Maafin gue, Na." Lirih Lukas.

***

"Na! Hana! Mading, Na, Mading!"

Rahel datang dengan tiba-tiba mengejutkan Hana yang tengah melahap roti sarapannya di kelas. Dirinya menatap Rahel kesal.

"Apaansih, Hel?" Tanyanya.

Rahel hanya menunjuk-nunjuk ke belakang. Lalu menarik tangan Hana membawanya berlari entah kemana. Sedangkan Hana hanya bisa pasrah mau kemana Rahel membawanya pergi.

Mata Hana mengernyit bingung kala siswa-siswi memandangnya dengan tatapan benci dan sebagian mereka ada yang membicarakannya terang-terangan.

Rahel membawanya ke mading utama sekolah. Mereka berdua membelah kerumunan yang mengerubungi mading. Seketika mata Hana melebar menatap mading yang tertempel beberapa foto dirinya dengan ibunya, foto ibunya dengan lelaki yang tidak Hana kenal. Dan yang paling membuat Hana marah adalah tulisan yang tertera disana.

Hana anaknya pelakor gaes!!

Setelah kematian ayahnya, ibunya jadi pelakor di rumah tangga orang tua Lukas. PACARNYA SENDIRI!!!

INGAT'KAN? KALAU BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA?

HATI-HATI DENGAN PACAR KALIAN!!! JANGAN SAMPAI DIEMBAT SAMA DIA!!

OH IYA SATU LAGI!

ANAKNYA PELAKOR NGGAK PANTES JADI WAKIL KETUA OSIS!!!

Air mata Hana mengalir deras. Hatinya mencelos terasa sakit membaca kata demi kata yang tertulis di mading. Setega itukah orang yang memfitnah Maminya? Hana yakin Maminya itu sangat mencintai Ayahnya dan tidak akan pernah mungkin untuk berhianat. Tetapi dalam foto itu mamanya tengah berduaan dengan seorang lelaki. Dan catat tidak memakai pakaian formal. Yang menandakan kalau mereka tidak sedang melakukan sebuah pekerjaan.

Hana berbalik badan, berlari dari kerumunan dengan berbagai teriakan yang terdengar menyakitkan. Hana tidak peduli dengan mereka. Yang ada di pikirannya kini hanyalah Lukas. Ya, cowok itu.

Hana berlari kearah kelas Lukas karena dirinya yakin kalau cowok itu sudah berangkat. Dengan tergesa-gesa Hana menuju kesana. Tidak peduli lagi dengan pasang mata yang melihatnya marah.

Sesampainya di kelas Lukas, Hana melihat cowok itu sedang membaca buku. Dengan pelan Hana berjalan menghampirinya lalu memeluknya dengan erat.

"Lukas....kamu nggak percaya 'kan sama berita di mading? Aku yakin Mami orangnya nggak kayak gitu. Aku bakal cariin buktinya. Dan....jangan tinggalin aku." Hana menangis terisak. Merangkul Lukas dari samping dengan lutut bertumpu di lantai.

Lukas hanya diam tak membalasnya.

"Lukas? Kamu-"

"Gue percaya sama berita itu."

Hana melebarkan matanya tak percaya. Sebegitu tidak percayakah Lukas pada dirinya? Hati Hana terasa remuk mendengar pernyataan Lukas.

"Lukas aku mohon tolong percaya sama aku. Mami aku nggak mungkin selingkuh sama papa kamu, Lukas." Wajah Hana telah banjir air mata. Suaranya bergetar terdengar pilu.

"Tapi itu semua kenyataan, Hana! Semenjak ada mami lo, hubungan orang tua gue nggak lagi sebaik dulu. Mereka terus bertengkar setiap hari! Adel bahkan sampai kekurangan kasih sayang. Dan itu gara-gara mami lo!"

Hana semakin terisak. "Mami aku nggak kayak gitu, Lukas. Kamu nggak percaya sama aku? Aku ini pacar kamu." Lirih Hana.

"Itu dulu. Sekarang nggak."

Hana terkejut, "Maksudnya?"

"Kita putus."

Dan saat itu juga dunia Hana runtuh begitu saja.

****

Beberapa hari setelah insiden kala itu, Lukas benar-benar menjauhinya termasuk semua orang di SMA Cakrawala yang rata-rata berjenis perempuan. Cacian, makian, hinaan seolah menjadi santapan Hana setiap hari. Hidupnya terasa kosong. Tak ada lagi warna dalam hidupnya. Tak ada lagi penyemangat yang selalu Hana jadikan agar bisa bertahan di dunia yang menyakitkan.

Hanya Rahel dan Abel. Hanya mereka berdua yang mau menerimanya. Teman sekelas Hana bahkan tidak lagi menginginkan kehadirannya. Setiap hari dirinya selalu mendapati sampah yang sengaja mereka taruh di bangku Hana. Terkadang juga mereka menaruh beberapa ekor tikus mati yang membuat Hana semakin tersiksa.

Senyumnya kembali hilang. Tatapan matanya seolah kosong. Tubuhnya bahkan menjadi lebih kurus dengan lingkaran hitam di matanya karena terlalu banyak menangis dan kurang tidur. Beberapa hari ini Hana tak lagi melihat Lukas.

"Na, makan dulu yuk." Ajak Rahel. Sedari tadi gadis itu berusaha membujuk Hana agar mau memakan nasi goreng yang sudah dibelikannya di kantin.

Hana tak menjawabnya. Pandangannya hanya menatap lurus kearah papan tulis. Gadis itu mendadak menjadi pendiam. Jujur Rahel lebih suka Hana yang cerewet dari pada Hana yang pendiam seperti ini.

"Na? Jangan nyakitin diri lo sendiri."

"Gue putus asa. Semua orang benci sama gue, bahkan Lukas sekalipun. Dia udah putusin gue, nggak ada lagi alasan buat gue hidup." Racau Hana. Setitik air mata jatuh dari sudut matanya yang masih menatap kosong.

"Jangan ngomong gitu, Na. Masih ada gue, ada mami lo, ada Bi Sarmi yang menginginkan kehadiran lo." Ucap Rahel.

"Seharusnya lo nggak usah temenan sama gue, Hel. Gara-gara temenan sama gue lo jadi ikut dijauhin sama mereka." Ya, semenjak insiden itu Rahel juga ikut dijauhi lantaran masih berdekatan dengan Hana.

"Gue mau mati aja."

Rahel melotot, ia menampar pipi Hana keras. "Lo ngomong apasih Na?! Jangan jadi pengecut kayak gini! Buktiin sama semua orang kalau lo nggak bersalah, Na!"

Hana terisak. Bibirnya terus berucap ingin mati saja. Rahel yang melihat itupun ikut menitikkan air matanya. Gadis itu memeluk Hana erat.

"Na, apapun yang terjadi gue bakal selalu ada di samping lo."

*****

SATU KATA BUAT PART INI GAESSS!!!!

HARI INI AKU UPDATE DUA KALI DONGGGG

JANGAN LUPA KASIH BINTANG, YAAA

SALAM,

IA❤

HALU(Completed)Where stories live. Discover now