Gagal

2.2K 238 12
                                    

Part 6



Aku tidak pernah tahu
Ketika aku bertemu denganmu
Aku menjadi sebeda ini, jim.






///
29 Desember 2017

<spesial Tae'pov.>

Dingin. Sangat dingin ketika aku menginjakkan kaki di depan pintu. Baru di depan pintu saja sudah sedingin ini, aku jadi paham, kenapa orang-orang memilih tidur seharian di musim dingin seperti sekarang. Atau sebagian dari mereka malah meninggalkan negaranya demi menuju negara yang sedang bermusim panas.

Syukurlah, aku sangat suka musim dingin. Entah apa alasannya, tapi bagiku hanya di musim dingin aku bisa merasakan udara Seoul yang sesungguhnya. Karena jarangnya kendaraan yang berlalu lalang di jalanan yang licin, yang membuat sebagian dari mereka lebih memilih berjalan kaki lalu menyambung perjalanannya dengan kereta bawah tanah atau bus yang masih 'berani' beroperasi.

Aku sendiri lebih menikmati dengan jalan kaki. Menuju ke suatu tempat tujuan sembari sesekali bersiul atau malah menyanyikan satu lagu full tanpa sadar. Benar-benar hal yang hebat. Siapapun harus mencobanya.

Tapi, sadar atau tidak. Jalan sendirian itu lebih cepat sampai daripada harus berjalan dengan rekan.

Seperti saat ini yang aku sudah tiba di tujuanku.

Kedai kopi.

Bunyi lonceng penanda ada orang masuk berbunyi ketika aku berhasil membuka pintu kedai. Tercium langsung dengan hidungku bau kopi yang harum. Tapi maaf kopi, aku tidak menyukaimu. Entah apa alasannya, kopi seperti tidak cocok dengan lidahku.

Lalu untuk apa aku datang ke sini?

Itu karena ada manusia 'penting' atau lebih tepatnya orang 'sok penting' yang ingin menemuiku. Rindu mungkin, haha.

"Lama sekali? Kopiku sampai dingin karena menunggumu."

Belum sampai bokongku menempel pada kursi, manusia yang ada di hadapanku sudah melayangkan segala pertanyaannya. Oh, tidak tahukah dia jika aku lelah sehabis berjalan dari rumah menuju kedai? Kenapa tidak menyuruhku duduk dulu? Atau sekedar menghargai perjuanganku untuk bisa sampai ke kedai. Andai saja dia bukan Jimin, maka akan habis kepalanya karena aku jitaki.

Iya, orang sok penting itu Jimin. Park Jimin.

"Aku tidak salah. Kau saja yang datangnya terlalu semangat. Tidak sabar untuk bertemu denganku'kan? Jujur saja, Jim."

Lalu Jimin tampak berdecak dengan memutar bola matanya. Terlihat jengah dengan tingkahku yang katanya sulit ditebak. Padahal, aku sedang tidak main tebak-tebakkan. Memang aneh si Bantet yang satu ini.

"Jadi untuk apa Tuan Park Jimin memanggilku ke sini dengan alasan 'penting' itu?"

Sengaja. Aku menekan kata Penting di pembicaraanku.

Jimin memang anak yang tidak bertele-tele. Kadang, jika dia berkata penting itu berarti hal tersebut memang penting atau sangat mendesak. Tapi, kadang juga dia hanya menyelipkan kata penting agar aku bisa menemaninya bermain. Entah itu hanya main PS atau menonton TV dengan chanel yang terus diganti-ganti dengan pemiliknya. Dan sepertinya kali ini alasan kedua menjadi jawabannya. 'Penting' menemani Jimin minum kopi.

Promise. [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang