Jangan Pergi.

1.7K 165 21
                                    

Part 30

"Tidak ada yang boleh pergi,
Jikapun ada maka izinkan aku untuk bangun dari mimpi buruk ini."

////

"Sudah?"

Pertanyaan yang dilontarkan begitu halus oleh Hoseok itu hanya ditanggapi dengan anggukan lemah dari Jimin. Pria mungil itu baru saja selesai melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuhnya, yang dapat dipastikan oleh Hoseok bahwa hal itu pasti sangat melelahkan.

Selain melelahkan, juga pasti menakutkan.

Taehyung masuk ke dalam ruangan dengan pakaian santainya. Setelah Hoseok datang sebelum jam makan siang untuk menjaga Jimin, akhirnya Taehyung memilih untuk pulang lebih dulu. Ingin sekedar mandi dan mengistirahatkan tubuh dan juga pikirannya sejenak. Setelah hari di mana Jimin melakukan Kemo kemarin, Taehyung sama sekali belum memejamkan matanya. Bahkan ketika malam datangpun ia tidak bisa tidur, hanya memandangi wajah Jimin dan memikirkan hal-hal bodoh yang selalu sukses merenggut kejiwaannya. Taehyung pikir dirinya sudah gila semalam karena selalu berpikiran hal yang tidak-tidak tentang sahabatnya.

"Eh? Cepat sekali pulangnya, aku kira kau akan tidur di rumahmu malam ini."

"Tidak, kak. Mana bisa aku tidur di rumah sedangkan si bantet ini selalu mengganggu pikiranku?"

Jawab Taehyung sembari melempar mantel dan juga tas ransel berisikan baju gantinya ke sofa di pojok ruangan.

"Aku seharian di sini, sedang tidak ada di dalam pikirnmu."

Itu Jimin, ingin sedikit bercanda tapi sayangnya wajah pucat dan kata-kata yang lemahnya itu tidak bisa membuat suasana menjadi lucu.

"Ya... Terserah apa katamu. Oh iya, Jim. Banyak sekali salam dari teman-teman fakultasmu untukmu yang aku dapatkan dari pesan di media sosialku, sepertinya mereka mulai rindu."

Jimin hanya bisa terkekeh pada ucapan Taehyung. Bibir pucatnya mengambang, membuat kedua matanya menghilang dan digantikan dengan garis mata yang selalu terlihat menawan.

"Ey! Tidak usah berbohong! Nanti hidungmu semakin panjang!"

"Aku tidak bohong. Mereka benar-benar menitipkan salamnya padamu."

Jimin memang akhirnya memilih untuk menunda dulu urusannya di dalam perkuliahan. Ia juga sadar bahwa tubuhnya tidak akan sama lagi seperti dulu. Harus melaksanakan jam kuliah yang semakin padat pasti akan semakin menurunkan kondisinya. Akhirnya, setelah berunding dengan Yoongi, Seokjin dan Taehyung, Jimin lebih memilih untuk menghentikan dulu pendidikannya dan fokus pada dirinya di Rumah sakit. Mungkin iapun harus merelakan hari sidangnya yang akan diundur kelak.

Tapi soal teman-temannya yang menanyakan kabarnya dan menitipkan salamnya pada Taehyung, sebenernya Jimin sedikit tidak percaya. Walaupun Jimin lumayan terkenal, tapi Jimin sama sekali tidak pernah bertegur sapa dengan mereka. Bahkan teman sekelasnyapun hanya Jimin ingat beberapa. Ingat 'kan, jika Jimin sulit untuk bergaul?

"Terserah apa katamu saja. Kau sudah makan?"

"Sepertinya yang pantas bertanya adalah aku. Bukankah yang sakit itu kau?"

"Memangnya orang sakit tidak boleh bertanya seperti itu?"

Taehyung diam. 'Benar juga', di dalam hati merutuki dirinya sendiri dan membenarkan perkataan Jimin.

Promise. [1]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ