Jangan menangis.

1.3K 144 36
                                    

Part 37

Kebahagiaan hanya mengenai waktu.

///

"Hai, Jimin!"

Tiga bulan berlalu, tapi nyatanya sapaan riang yang selalu Taehyung berikan itu masih hanya menjadi angin lalu bagi Park Jimin.

Sudah tiga bulan berlalu semenjak kepergian sang Ayah, tapi nyatanya Jimin masih belum juga kembali dari 'kesendirian'nya. Atau mungkin dirinya memang sudah semakin menenggelamkan asa di dalam laut kesunyian yang ia buat sendiri. Tak ada yang tahu apa yang Jimin pikirkan setiap malam, ketika mata itu bahkan tak berpindah sedikitpun dari arah jendela yang terbuka.

Dan tiga bulan juga berlalu semenjak Dokter Yoon Jeong-Han menjadi dokter baru bagi Jimin.

Masih teringat di ingatan Taehyung bagaimana kacaunya Jimin di hari pertama ia bertemu dengan Jeong-Han.

"Aku tidak mau!"

"Jangan sentuh aku!"

"AKU TIDAK MAU!"

"KUBILANG, TIDAK!!"

Amukan itu masih terasa segar diingatan Taehyung sebab kala itu ia yang sedang menjaga Jimin, dan yang bisa Taehyung lakukan kala itu bahkan hanya menonton, sebab Jimin disentuh olehnya pun tidak mau.

Maka Jeong-Han memutuskan untuk mengatur jadwal pertemuan beberapa hari kedepan.

Dengan kegigihannya, akhirnya satu bulan kemudian Jimin menjadi lebih tenang. Meski masih belum mau untuk menjawab pertanyaan yang orang-orang sekitarnya berikan, tapi setidaknya Jimin sudah mulai menerima.

Dan dua bulan setelah Jimin menjalani terapinya, akhirnya pria kurus karena pikiran itu 'meminta makan' untuk pertama kalinya. Ya, setelah dua bulan semenjak hari dimana ia kehilangan sosok pahlawannya, Jimin hanya akan terus dipaksa makan oleh Yoongi dan lainnya, itupun hanya masuk beberapa sendok dan kemudian Jimin akan menggeleng dan menolak suapan selanjutnya.

Masih teringat bagaimana polosnya wajah Jimin malam itu. Yoongi sedang berada disebelahnya tengah mengecek cairan infus Jimin yang tinggal sedikit di dalam tabung. Tanpa siapapun sadari, Jimin menggenggam ujung kemeja dokter milik Yoongi, menarik-nariknya seperti anak 5 tahun yang masih belum berani bicara untuk meminta permen.

Lantas bibir pucat kering itu mengeluarkan suara untuk pertama kalinya dengan begitu lirih, "Aku lapar."

Meski hanya dua kata, tapi Yoongi sukses dibuat bahagia semalaman. Dengan anggukan penuh semangat akhirnya Yoongi berlari ke kantin, memesankan banyak makanan untuk Jimin.

Dan hal yang mampu membuat Yoongi ingin menangis haru setelahnya adalah bagaimana mangkuk berisi mie hitam itu habis tak tersisa di dalamnya. Membuat Yoongi benar-benar menangis setelahnya pria seputih gula itu menutup pintu ruang rawat Jimin untuk mengisi termose yang kosong.

Tangis bahagia. Sangat bahagia.

Jika saja keadaan Jimin sedang baik-baik saja, sudah Yoongi yakini bahwa apa yang baru saja dilakukan Jimin itu adalah hal yang sangat mengemaskan. Mengingat bagaimana wajah polos itu, bibir yang bergetar seperti balita yang baru lancar berbicara, dan bagaimana Jimin menarik ujung kemeja dokter milik Yoongi. Ah, itu sudah gemas dilewat batas.

Promise. [1]Where stories live. Discover now