Seokjin

1.5K 160 7
                                    

Part 17

Mari kita buat seolah-olah tidak pernah tahu tentang apapun.

////
Awan terlihat bergerak sangat lambat, angin bagai enggan untuk meniupnya lebih kencang lagi. Padahal, ini sudah musim gugur. Udara sangat dingin dan angin serasa menusuk sampai ke tulang. Daun sudah banyak berteberan di mana-mana. Pohon-pohon hanya tinggal ranting kering.

Sudah satu minggu semenjak kejadian serangan Jimin kala itu. Yoongi yang saat itu mendapat panggilan dari Jimin dengan suara anak itu yang terdengar putus-putus, tentu membuat Yoongi jadi kalut. Dengan segera ia menuju rumah Jimin dengan perasaannya yang benar-benar sudah tidak karuan, hatinya khawatir, dan otaknya buntu. Walaupun dia sudah biasa dengan serangan-serangan dari pasien-pasiennya, tapi pasien yang satu ini berbeda. Jika saat itu Jimin tidak bisa diselamatkan, maka Yoongi seakan meminta agar ada orang yang membunuhnya saja. Yoongi tidak pernah tahu bagaimana hidupnya jika Jimin tidak bisa lagi untuk ia temui. Satu-satunya sumber kebahagiannya, selain keluarganya, hanyalah pasien keras kepala yang bernama Park Jimin itu.

Dan semenjak serangan Jimin minggu lalu, Yoongi menjadi lebih cerewet. Jimin kadang ingin sekali mengumpat ketika Yoongi harus mengiriminya pesan hanya sekedar mengingatkannya untuk minum obat.

"Iya, bapak tua!" Begitulah jawabannya yang selalu Jimin berikan pada Yoongi.

Sesuai janjinya, Jimin tetap kuliah keesokan harinya. Hebat 'kan? Memang Jimin itu adalah manusia bebal yang tidak takut mati.

Dan percayalah, pada hari itu, Taehyung tertipu lagi.


*****


Pria tinggi, dengan senyumnya yang menawan itu tengah berjalan menyusuri tiap-tiap koridor tempatnya bekerja. Dengan jas putih bersihnya dan kacamatanya yang malah membuatnya tampak semakin sempurna.

Kim Seokjin.

Dokter muda dengan wawasannya yang luas, yang mampu mengalahkan berbagai peserta dari dalam maupun luar negeri untuk mendapatkan beasiswa kedokteran pada awal kuliahnya dulu.

Beasiswa? Iya. Entah kenapa Seokjin ingin sekali melakukan itu. Katanya, hal seperti itu adalah sesuatu yang menantang. Padahal, kedua orang tuanya bisa saja dengan mudah memasukkan putra sulungnya itu ke sekolah favorit di manapun di seluruh dunia ini.

Tapi, begitulah Seokjin. Selalu ingin mengukur sejauh apa kemampuannya, dan hal itu mampu membuat orang tuanya selalu bangga. Sampai akhirnya, kini Seokjin mampu membuktikan kemampuannya. Menjadi dokter muda yang sukses.

"Dokter Kim Seokjin?"

Seokjin menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya kala namanya terpanggil. Senyum cerah langsung ia berikan kepada seorang dokter muda -sama sepertinya, yang tengah memandangnya dengan sebuah amplop cokelat di tangan kanannya.

"Eyy... Jangan terlalu formal, Tuan Min! Ada apa menanggilku?"

Tuan Min. Coba tebak, siapa yang sedang Seokjin ajak bicara?

"Ini. Hasil Laboratorium beberapa minggu lalu. Kenapa kau ingin sekali melihat hasilnya, Dok?"

Dokter itu, Min Yoongi, memberikan amplop tersebut kepada Seokjin. Yang lantas di terima oleh Seokjin dengan cepat.

Promise. [1]Where stories live. Discover now