Jiminie

1.8K 197 16
                                    

Part 10



Hidup itu sulit, ya?





///
Jam kuliah telah usai beberapa menit yang lalu, itu tandanya sudah waktunya untuk Taehyung menjemput (atau lebih tepatnya menyeret) Jimin untuk pulang. Tak ada yang bisa Taehyung lakukan selain menganggu Jimin dan membuatnya kerepotan karena tingkahnya yang macam-macam.

Taehyung berjalan dengan sesekali bersenandung riang. Senyum kotaknya yang memikat yang mampu membuat sebagian mahasiswi di sana ikut menyapa. Taehyung itu memang ditakdirkan untuk populer, catat itu.

Fakultasnya dan gedung fakultas Jimin tentu tidak dekat. Jaraknya mungkin harus di lalui dengan waktu lima menit jika harus berjalan. Tapi tak jadi masalah. Toh, yang Taehyung dengar Fakultas Jimin sering pulang telat karena dosennya yang meminta.

Kenapa mereka tidak memilih jurusan yang sama saja agar lebih mudah?

Itu semua pilihan. Taehyung dengan jurusan kedokterannya dengan bermodalkan ingin sama dengan kak Seokjin. Dan Jimin dengan jurusan Seninya dengan berbagai kemungkinan di dalam otaknya.

Taehyung tentu akan masuk jurusan apapun dengan mudah karena nilainya yang tidak pernah mengecewakan semenjak Sekolah Dasar. Berbagai Universitas juga menawarkan diri untuk mengundang Taehyung ke Univ-nya. Tapi, satu yang hanya ingin dia lakukan, tetap disamping Jimin dan menjadikan dirinya pijakan dikala Jimin sedih. Bunda, Ayah, dan Seokjin juga tidak mengharuskan Taehyung untuk masuk ke Univ pilihan mereka. Karena yang terpenting adalah ; Taehyung bisa nyaman untuk menggapai cita-citanya dan mereka tidak mempersalahkan dimanapun Univ yang menjadi pilihan Taehyung.

Sedangkan Jimin. Jimin memilih jurusannya dalam bidang seni yang lebih tepatnya seni dalam melukis. Jimin sudah lama sekali mengubur keinginannya yang satu itu, berpikir bahwa melukis mungkin bukan jalannya. Jimin juga sempat berpikir untuk berhenti karena dengan melukis itu hanya mengingatkannya dengan sang Ibu. Ibu Jimin dulu adalah seorang pelukis, tidak terlalu terkenal tapi karyanya cukup dinikmati banyak orang. Jimin sering melihat Ibunya melukis saat kecil dulu. Jimin juga tidak jarang untuk merecoki sang Ibu yang membuatnya geram karena Jimin kecil yang malah mencampuri berbagai Cat dan mengotori seluruh bajunya.

Sudah, ayo kembali ke rutinitas Taehyung.

Taehyung akhirnya sampai. Berdiri di depan gedung besar dengan gaya khas anak kuliahan dan jangan lupakan almet kedokterannya yang ia sampirkan di lengan sebelah kiri. Huh... Kelihatan sekali dia, ingin pamer kesempurnaan. Oh, ayolah... Siapa yang akan menolak untuk setidaknya memandangi pemandangan bagus nan sempurna seperti itu?

Bahkan, saking seringnya Taehyung datang ke Gedung C membuat seluruh mahasiswa hapal dengan salah satu mahasiswa kedokteran yang seperti salah memasuki gedung fakultas.

Taehyung akhirnya memilih untuk menelepon Jimin karena sudah lelah menunggu.

Satu panggilan, tidak di jawab.

Keduapun sama.

Sampai akhrinya,

"Hallo, Tae?"

Baru saja Taehyung akan menyumpah serapahi Jimin jika saja dia tidak mengangkat panggilan yang ketiga kalinya, tapi suara Jimin sudah lebih dulu menyapa gendang telinganya.

"Kau di mana, Jim? Aku sudah lama menunggu di depan Gedungmu."

Tampak ada jeda. Ada sedikit suara riuh di sekitar Jimin membuat Taehyung sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Kau masih ada kelas, Jim? Kenapa berisik sekali?"

"emm... Begini, Tae. Sebelumnya aku minta maaf, tapi aku sudah tidak ada di kampus. Aku sudah keluar beberapa menit yang lalu dan langsung ada urusan, jadi aku tidak bisa mengabarimu. Ma-maaf ya?"

Promise. [1]Where stories live. Discover now