Tidak Seperti Itu

1.5K 175 30
                                    

Part 25

Tuhan itu sudah memberlakukan semuanya dengan sangat adil.
Tidak semua orang baik berawal dari orang baik, begitupun sebaliknya.
Orang hanya terus menutup mata.
Menyembunyikan suatu fakta bahwa tidak semua orang jahat adalah kemauan dari dirinya sendiri. Bagaimana jika hal itu terpaksa untuk ia lakukan?
Terpaksa untuk jadi jahat.

////
Park Jihoon, siapapun yang mendengar nama itu, kata yang tepat untuk mendeskripsikan dirinya adalah : tegas, berhasil, dan kaya raya.

Pemilik salah satu perusaan di bidang Elektronik yang berkembang pesat itu memang jarang sekali memiliki citra yang baik pada dirinya. Semenjak ia bisa mendirikan perusahaannya sendiri, sosok yang dulunya ramah ketika masih menjadi karyawan seakan lenyap tertelan bumi.

Kini, siapapun takut padanya.

Tapi nyatanya, Tuan Park yang satu itu hanya sedang bersandiwara di balik topeng berwajah tegasnya. Menyembunyikan semua fakta bahwa sebenarnya iapun enggan untuk melakukan semua perannya di atas panggung. Ia ingin meninggalkan panggungnya, tapi setelah ia sadari tentang satu hal ; bahwa panggung sandirwara inilah yang menjadi tempat hidupnya, ia menjadi sedikit ragu untuk meninggalkan 'dunia'nya. Ia bisa menghidupi Jimin, anaknya, dengan sangat baik merupakan wujud dari kerja keras ketika ia berada di panggung ini.

Tahun dua ribu enam lalu, tepat ketika Jimin menginjak umur enam tahun. Tepat setelah satu tahun kepergian sang istri tercinta, ia dipercaya untuk memegang salah satu cabang perusahaan atasannya. Awalnya ia biasa-biasa saja. Terlalu polos untuk menyadari akan terjadi sesuatu hal setelahnya.

Dan ternyata, ada udang di balik batu.

Perusaan yang Jihoon kendalikan -atas kuasa sang atasannya- ternyata mengalami kasus penggelapan. Membuat Jihoon yang saat itu sedang menjadi tertua di perusahaan tersebut harus turun tangan dalam kasus yang sama sekali bukan karena ulahnya. Ternyata pemilik perusahaan yang dulu terlalu senang untuk menghambur-hamburkan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya sendiri.

Atasannya -yang menugaskan ia untuk menjadi pemimpin- ternyata sengaja untuk melempar Jihoon ke dalam perusahaan sebagai umpan agar pemilik perusahaan yang dulu -yang merupakan adik dari atasannya- aman dalam persembunyiannya.

Jihoon akhirnya benci ketika ia tidak mempunyai apa-apa, tidak memiliki kekuasaan apapun yang hanya bisa hidup di dalam perintah-perintah sang kuasa. Jihoon bersikeras untuk menjadi kaya, mempertaruhkan apapun agar ia bisa memiliki kekuasaan. Kenapa? Agar ia tidak bisa diinjak-injak dengan semena-mena oleh mereka yang disebut sang kuasa.

Perusahaan yang Jihoon pegang akhirnya bisa bangkit kembali. Jihoonpun yang pada saat itu memiliki kekuasaan penuh dalam perusahaannya meminta agar perusahaan tersebut bisa lepas tangan dan tidak dijadikan perusahaan cabang dari atasannya. Ia yang sudah menghidupkan kembali perusahaan tersebut, maka ia berhak atas haknya.

Rapat antara Jihoon dan pikah sang kuasa berjalan sangat panas. Butuh waktu hampir satu tahun untuk Jihoon agar bisa benar-benar merebut perusahaan supaya berada di bawah kuasannya.

"Serahkan perusahaan padaku, atau aku akan bongkar semua kelicikan adikmu!" setidaknya, hanya seperti itu yang Jihoon katakan di rapat terakhirnya bersama sang kuasa.

Kelicikan itu perlu jika terdesak.

Dan setelah empat tahun berlalu, ketika Jimin menginjak umur sepulun tahun, Jihoon memutuskan untuk membawa Jimin untuk tinggal di Seoul. Iapun mengemban tugas besarnya di sana. Membangun perusahaan barunya agar kekuasaannya semakin mempuni dan mampu membungkam semua mulut-mulut sang kuasa.

Promise. [1]Where stories live. Discover now