Waiting For (You)

218 12 3
                                    

(Masih) kelanjutan cerita "You"

Jinan. Nama itu tak pernah absen barang sehari pun di pikiran Devi. Ada saja hal yang selalu mengingatkan Devi akan sosok sang kakak kelas. Satu yang tak dapat Devi lupakan, pernyataan terakhir Jinan saat Jinan menemaninya pulang dari rumah Brielle.

"Devi Ranita, saya mencintai kamu."

"Aarghhh! Stoop Devi! Berhenti mikirin dia! Dia cuma ilusi, ngga nyata!" Devi mengacak rambutnya kesal.

"Heh! Kenapa teriak-teriak?" Sang Mama muncul dari balik pintu kamar Devi dengan wajah bingung.

Devi memaksakan senyumnya dan menatap sang Mama.
"Gapapa kok, Ma."

"Ada teman kamu di bawah, gih turun!"

"Siapa Ma? Brielle?"

"Temen kamu Brielle doang apa gimana sih? Bukan dia, Mama lupa."

"Yakan cuma Brielle yang deket, Ma. Yaudah Devi turun."

Devi turun ke ruang tamu untuk mengetahui siapa teman yang sang Mama maksud. Devi menemukan seseorang dengan jaket abu-abu tengah menatap ke arahnya.

Devi mendekat, lalu duduk di seberang orang tersebut. Jinan.

"Hai." Sapanya sambil tersenyum.

"Iya." Jawab Devi apa adanya.

"Maaf." Jinan menunduk.

"Buat apa?"

"Saya juga ngga tau buat apa."

"Mending kakak pulang."

Jinan menatap Devi sejenak. Ia merindukan gadis itu, terlebih lagi senyumnya.

"Iya, saya pulang. Sekali lagi maaf."

Jinan pergi meninggalkan rumah Devi. Entah mengapa hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Jinan. Mengapa sulit sekali mengatakan semua yang ingin ia katakan pada Devi. Kenapa Jinan?

Devi hanya menghela nafasnya melihat punggung Jinan yang mulai menjauh. Devi ingin Jinan mengatakan sesuatu padanya. Bukan permintaan maaf, namun penjelasan.

***

Jinan duduk seorang diri di bangku parkiran sekolahnya. Dengan earphone terpasang di telinganya, Jinan memejamkan mata dan menikmati musik yang mengalun.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Jinan yakin sebentar lagi Devi akan pulang. Itulah alasan utama Jinan berada di tempatnya sekarang.

Benar saja, selang 15 menit Jinan melihat Devi berjalan menuju parkiran. Ia bangun dari duduknya dan tersenyum ke arah sang gadis. Sayangnya lagi dan lagi, Devi mengabaikan Jinan. Devi berjalan melewati Jinan menuju sepedanya. Kemudian ia kayuh sepedanya keluar parkiran.

"Hati-hati di jalan pulang. Saya masih ingin bertemu besok, meskipun kamu ngga ingin." Ucap Jinan ketika Devi melewati dirinya lagi.

Devi mendengar. Bahkan ia sempat berhenti sejenak untuk mendengarkan Jinan berbicara, namun ya seperti biasa. Ia akan pergi setelah Jinan selesai tanpa mengucapkan apapun pada sang lawan bicara.

Devi tak langsung kembali ke rumahnya. Ia mampir sebentar di taman kota. Ia memilih spot yang sepi karena dirinya benar-benar ingin sendiri.

Kenangan antara ia dan Jinan di tempat ini mulai mengganggu fokusnya. Ya, mereka berdua pernah disini pada suatu sore. Saat itu ban sepeda Devi kempes, ia tuntun sepeda itu ke bengkel yang tepat berada di seberang dan Devi memilih beristirahat sejenak di taman ini. Tak disangka, selama Devi menuntun sepedanya, selama itu juga Jinan berjalan di belakangnya.

FairytalesWhere stories live. Discover now