Dewata Island

267 17 44
                                    

Hari ketiga Jinan berada di Pulau Dewata bersama sang Ayah. Selama itu pula dirinya diperkenalkan dengan dunia kerja sang ayah yang menurutnya tak asing dengan apa yang selama ini ia pelajari di bangku kuliah.

Ayahnya mengatakan jika kantor ini akan menjadi tempat Jinan magang nantinya. Sebenarnya ia ingin menolak, tapi apa daya.

"Makasih udah bantuin Ayah. Besok kamu free deh mau main kemana. Tapi sendiri soalnya Ayah masih ada kerjaan." ucap sang Ayah.

"Main? Kemana?" tanya Jinan.

"Ya terserah kamu.  Udah sana tidur, dah malem."

Jinan menurut. Ia menuju kamarnya di lantai dua. Hm, iya kamar Jinan. Karena ini adalah villa pribadi keluarganya.

***

"Aarrghh kesel banget gue!" Jinan mengacak rambutnya ketika ia kalah bermain game untuk kesekian kalinya.

Hari ini Jinan tidak ikut ke kantor bersama sang ayah. Libur, kata beliau. Jadilah Jinan gabut seharian.

"Jam empat, udah ngga terlalu panas. Jalan-jalan ah!" gumam Jinan.

Ia kemudian bangkit dari kasurnya, menuju ke kamar mandi lalu bersiap untuk jalan-jalan sore.

Sweater biru dongker, celana jeans putih, motor matic mirip Vespa, serta helm bogo menambah tingkat ke-kece-an seorang Jinan Safa Safari, Safira guys.

Meskipun bukan sebagai orang daerah asli, Jinan sedikit banyak tau tentang jalanan kota Denpasar. Dan untuk kali ini, Jinan bisa menyebutkan salah satu manfaat ngebucin. Yaitu menambah wawasan akan suatu tempat.

Jinan mengendarai motornya tanpa tujuan, sambil sesekali bersenandung mengikuti lagu yang terputar lewat earphone nya.

"Kek kenal, tapi siapa ya?" gumam Jinan ketika melihat seseorang yang tak asing.

Ia kemudian menepikan motornya di depan sebuah bengkel untuk memastikan apakah ia mengenal orang tersebut.

"Loh Kak Dea?" kaget Jinan.

"Jinan?" ucap orang tersebut.

Jinan mengangguk. Ia turun dari motornya untuk menghampiri Dea, kakaknya si mantan.

"Ngapain Kak?" tanya Jinan.

"Ini mobilnya tiba-tiba mogok, padahal mau jemput Devi." jawab Dea.

Jinan hanya mengangguk, lalu duduk di samping Dea yang tengah menunggu mobilnya diperbaiki.

"Kok kamu di sini, Nan? Dari kapan?"

"Iya ikut Ayah. Udah dari tiga hari lalu."

"Oh gitu, kirain mau.."

"Mau apa hayo?" Jinan memotong ucapan Dea.

"Lah mana aku tau, kan kamu yang punya urusan." Dea menoyor bahu Jinan sambil terkekeh.

"Jangan ketawa ah, Kak. Bikin repot hati orang."

"Lah?"

"Kak Dea mirip dia, ntar aku susah move on."

"Haha, ada-ada aja."

FairytalesWhere stories live. Discover now