Alasan

277 15 13
                                    

Devi, gadis tersebut tengah menatap kosong deburan ombak yang berada beberapa meter di depannya. Kini dirinya tengah berada di pantai Kuta.

Setelah selesai dengan kegiatan les bahasa, Devi tak langsung pulang. Ia memilih pantai ini untuk dirinya singgah sejenak. Devi suka pantai meskipun ia takut berdekatan dengan ombaknya.

Ia duduk melamun seorang diri. Hingga salah satu kenangan di memori otaknya terputar.

"Kakaaakk! Gamauuu kesana ih, takut." Rengek Devi ketika diajak mendekat ke tepi pantai.

"Haha, Cemen banget. Anak Bali kok takut ombak." Ejek orang yang tadi dipanggil kakak oleh Devi.

"Bodo! Gamau pokoknya. Ayoo kak Jinan duduk disana aja sambil minum es." Bujuk Devi pada seseorang tersebut. Jinan.

"Heh! Sini pegang tangan aku, aku janji ngga akan lepasin. Ayo Dev, kamu berani. Cuma kena kaki doang kok, ngga berenang." Ucap Jinan sambil mengulurkan tangan kanannya pada Devi.

Devi agak ragu awalnya, namun akhirnya ia raih tangan Jinan dan berjalan mendekati pantai bersama Jinan.

"Kakaaak, aku kesereeett. Huaa.." teriak Devi ketika ombak mengenai kakinya. Tangannya menggenggam tangan Jinan sangat erat.

"Haha, keseret apasih? Keseret cinta aku?" Jinan malah meledek Devi.

"Aaaaa udahan ayo, udaahhh!" Devi memeluk Jinan erat ketika sebuah ombak yang lebih besar dari dari sebelumnya datang.

"Hehe, yaudah iya."

Jinan kemudian menuntun Devi menuju tempat mereka semula di bawah pohon kelapa.

"Ya ampun mukanya pucet banget gitu. Maafin ya." Jinan menangkup kedua pipi Devi.

"Takut tau! Nyebelin!" Devi menatap malas Jinan.

"Haha, maafin aku Dev. Kamu tunggu disini ya, aku beliin minum dulu. Oh iya mau apa?"

"Mau es krim. Itu tuh!" Tunjuk Devi pada seorang penjual es krim.

"Oke siap. Tunggu ya." Jinan mengacak rambut Devi, kemudian berlalu dari hadapan Devi untuk membeli es krim.

Air mata Devi turun begitu saja ketika kenangannya dan Jinan kembali menyapa pikirannya.

"Kamu yang terbaik yang pernah aku punya Kak. Maafin aku. Aku mau kamu Kak. Mau kamu tetap genggam tangan aku. Mau kamu tetap jadi selamat pagi dan selamat malam aku. Aku mau kamu tetap sama aku Kakak." Gumam Devi sambil menyeka air matanya.

"Angin, ombak, awan, tolong sampein ini ke Kak Jinan. Aku sayang sama dia." Ucap Devi.

Devi memutuskan untuk pulang ketika jam menunjukkan pukul 5 sore. Ia tak mau sampai orangtuanya khawatir karena Devi tidak pamit untuk pulang terlambat.

***

"Dek, dimakan nasinya. Jangan dimainin gitu." Ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Mama Devi.

Kini Devi sedang makan malam bersama kedua orangtua dan kakaknya di rumah. Jarang sekali mereka dapat berkumpul full team seperti ini karena kesibukan masing-masing.

"Iya, Ma." Devi mulai memakan makanannya yang sedari tadi hanya ia mainkan.

"Kamu kenapa, Dek? Ada masalah sama kuliah? Atau yang lain?" Tanya sang Mama.

FairytalesWhere stories live. Discover now