Hot Choccolate & Penyihir

232 16 9
                                    

"Cindy." Panggil Jinan pada gadis yang tengah memakan Snack nya.

"Apa?" Gadis yang dipanggil Cindy tadi menghentikan aktivitasnya dan menatap sang sahabat.

Cindy dan Jinan kini tengah berada di halaman belakang rumah Cindy. Menikmati es sirup jeruk bali serta aneka Snack micin yang disediakan Cindy.

"Udah tiga hari ini gue selalu mimpiin dia." Ucap Jinan.

"Ya karena lo kangen." Jawab Cindy.

"Tapi ngga biasanya. Walaupun mimpi, ngga sampe tiga hari berturut-turut kaya gini."

"Lo mimpiin apa emang?"

"Ya mimpi gue sama dia. Kaya biasa, kaya pas kita masih bareng. Tapi perasaan gue ngga enak aja."

"Wagelaseh, kuat juga ikatan batin lo sama Devi. Devi sakit, Nan. Tapi gue kagak boleh bilang. Jadi sorry."

"Ya namanya orang kangen, ngga kenal hari lah. Udah sih santuy."

"Gue gatau. Gue khawatir aja." Jinan menghela nafas lelah. Lalu kembali memakan Snack nya. Hening selama beberapa detik.

"Nan!" Cindy memecah keheningan.

"Apa?" Jinan menatap Cindy.

"Lo ngga coba move on?" Tanya Cindy hati-hati.

"Kenapa?"

"Eh, hehe ya gapapa sih."

"Ngga bisa."

"Karena Lo belum nyoba, Nan."

"Gue udah coba."

"Menurut gue, Lo harus relain Devi."

"Kenapa gitu?"

"Biar Lo sama Devi bisa sama-sama bahagia."

"Dia ngga bahagia ya sama gue?" Jinan menatap Cindy sendu.

"Bukan itu maksud gue. Aduh yaudah deh gue juga bingung jadinya" Cindy malah bingung sendiri.

"Gue sayang banget sama dia." Jinan menatap ngenes ke arah sahabatnya.

"Kasian banget si candi. Devi juga sayang banget kok sama Lo."

"Yaudah ah, kagak cocok lo mellow kek gini, Nan."Cindy menepuk pundak sahabatnya tersebut.

Jinan hanya mengangguk. Ia melanjutkan acara makan Snack sambil memainkan game cacingnya.

"Oh iya, Lo jangan ngambek lama-lama sama si kiti. Dia udah minta maaf kok ke Devi." Ucap Cindy lagi.

"Bodoamat." Jawab Jinan.

Ya, Jinan mendiamkan Christy karena kejadian di grup tempo lalu. Bahkan chat dan telepon dari Christy semua ia abaikan.

Sedangkan di seberang sana, tepatnya di Pulau Dewata seorang gadis tengah duduk pada sebuah kursi kayu yang terdapat di balkon kamarnya sambil memeluk sebuah boneka karakter kelinci lucu tengah memegang wortel.

Sesekali gadis tersebut membenarkan cardigan berwarna biru yang dipakainya ketika merasakan hembusan angin yang terlalu kuat. Kemudian ia peluk erat boneka kelinci tersebut. Wajahnya nampak masih sedikit pucat, namun tak mengurangi sedikitpun kecantikan gadis tersebut.

"Sayang." Panggilan lembut seseorang membuat gadis tadi menoleh ke sumber suara.

"Mama." Ucap gadis tersebut diikuti dengan senyum manisnya.

"Kok di luar? Anginnya kenceng, kamu kan belum sembuh banget." Ucap seseorang yang dipanggil Mama.

"Devi bosen di dalem terus." Jawab gadis tersebut. Ya, dia Devi.

FairytalesWhere stories live. Discover now