14

5.5K 738 65
                                    

"Bertemu mantan itu seperti terkena double kill atau first blood, damagenya super sakit."

- Nurul -

Aku jarang keluar rumah, selain untuk bekerja atau ada kepentingan. Bagiku, rebahan adalah cara terbaik menikmati hidup. Sebagai warga negara berflower yang terkenal dengan kesantuyannya, image itu tidak semerta-merta ada.

Sejak dulu kala, rakyat Indonesia selalu tenang dalam menghadapi segala problem kehidupan dan pandai mengambil kesempatan. Terbukti, Indonesia dijajah ratusan tahun dan merdeka saat penjajah baru mengalami kekalahan setelah berperang dengan penjajah lama. Walau begitu, rakyat Indonesia berhasil merdeka juga berkat perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Itu yang selalu pembina upacara ucapkan setiap upacara hari Senin.

"Oi, Mbak."

Aku menoleh, menatap Tila yang sudah berdiri di pintu kamar.

"Wae?" tanyaku berbahasa Korea.

Aku tidak bisa berbicara bahasa Korea, hanya sebagian tahu tentang kosakatanya karena suka menonton drama atau film Korea.

"Mau jalan-jalan nggak?"

"Gratis?"

Pertanyaan itu diajukan bukan karena miskin, tetapi keuangan diambang kebangkrutan. Lagipula, semua pengeluaran membutuhkan pertimbangan. Walau pemikiran itu seolah tak pernah ada jika ada diskon besar-besaran.

"Gratis. Ada tempat wisata baru di dekat rumah temanku, pemandangannya bagus. Yang bawa sepeda motor dikenai parkir, bagi yang jalan kaki nggak."

"Jauh?"

"Nggak, paling cuma 7-8 km dari sini," jelas Tila. "Kenapa?"

"Memperhitungkan bensin, cukup nggak pulang pergi. Sepeda motorkan butuh bensin, bukan air," jelasku.

"Cukup, kemarin sama abang diisi full. Ayolah, Mbak. Aku nggak akan minta dibeliin makanan, kita makan di rumah teman aku aja."

"Oke. Ayo berangkat!"

"Ganti baju dulu, oi! Mana mungkin kamu keluar pakai daster dekil begitu?" Tila melotot protes sembari menunjukku yang hari ini memakai daster kesayangan yang meski sudah buluk dan banyak jahitan, tetap dipakai.

Aku suka daster ini. Bahannya nyaman dan dingin. Harganya memang cukup mahal dulu, makanya tahan lama meski sudah hampir 6 tahun.

"Daster kesayangan ini, nggak ada tandingannya."

"Iya, terserah. Ganti baju sana, aku mau ngeluarin sepeda motor," kata Tila lalu pergi.

Aku hanya mengangguk lalu berganti pakaian.

Setelah siap, aku dan Tila berangkat. Tentu, sebelumnya kami sudah menelpon Mamak, meminta izin sekaligus mengabari kalau-kalau saat kami pulang nanti, mamak sudah pulang kerja lebih dulu.

Dulu aku dan Tila pernah keluar, berniat rekreasi sampai malam. Lupa tidak mengabari. Saat pulang, kami langsung diberi santapan rohani. Sejak itu, kalau pergi ke mana-mana, kami berdua akan memberikan kabar pada mamak. Pukulan home run mamak di pantat, terasa lebih sakit dibanding ceramahnya.

BACOT TETANGGA [ TERBIT ]Where stories live. Discover now