28

4.8K 647 87
                                    

"Humanshit adalah sebutan bagi seseorang yang pemahamannya kepada orang lain 0%, tetapi nyinyiran dan penilaiannya 100%."

- Nurul -

"Mbak, minta uang," ujar Tila begitu melihatku mengambil sepatu, hendak keluar untuk bertemu teman lama.

"Buat apa? Bayar kas atau buku?" tanyaku balik sembari duduk dan memakai sepatuku.

"Nggak."

"Trus?"

"Beli tiket konser Got7. Murah, kok. Cuma lima ratus ribu sampai satu jutaan." Tila nyengir, memamerkan gigi.

Aku memasang wajah datar, kesal.

"Tiket konser gigimu? Daripada uang segitu dibeliin tiket, mending dikasih mamak atau beli beras berkarung-karung," cibirku.

Tila mengerucutkan bibir, "Pelit."

"Bodo. Kalau mau beli tiket, kerja sana. Hasilkan uang sendiri."

"Katanya tugasku cuma sekolah? Sekarang, malah disuruh kerja. Gimana, sih? Nggak konsisten." Tila merajuk.

"Nah, itu tahu. Tugasmu sekolah bukan jadi fans alay. Inget, kamu itu siapa? Suka sih, boleh. Aku nggak ngelarang. Cuma ya disesuaikan kemampuan gitu, loh. Kamu bukan anak Sultan, cuma anak kuli Toko."

Aku menatap geram, sementara Tila menghela napas berat.

"Iya, maaf."

"Jangan aneh-aneh, ngerti?"

Tila hanya mengangguk pelan.

"Ya sudah, aku mau keluar, ketemu teman. Takut mamak nanya, aku nggak punya pulsa yang mau nelpon," pamitku lalu pergi meninggalkan Tila yang tampak kecewa.

Aku memahami betul bahwa adikku itu menyukai boy grup dari negeri ginseng, Got7, sejak SMP. Namun, permintaannya sudah keterlaluan. Mamak cuma pekerja, abang Yusuf sales dan aku sendiri guru PAUD yang penghasilannya mengenaskan, jadi mengabulkan permintaannya barusan bisa dikatakan tidak mungkin.

Kalaupun aku memiliki banyak uang nantinya, entah kapan. Niat saja dulu, berusaha kemudian. Aku lebih memilih untuk menaik haji mamak, membangun rumah yang besar untuk kami atau membiayai kuliah Tila sampai selesai daripada membelikannya tiket konser. Lagipula, semua hal memiliki masa.

Sekarang Tila memang sangat menyukai boy grup itu, tetapi bisa saja tidak suka lagi setelah usianya beranjak dewasa. Manusia selalu bermetamorfosis, semakin bertambah usia, semakin banyak kebutuhan dan pertimbangan untuk memutuskan sesuatu. Akan selalu ada kebutuhan yang diprioritaskan dan ditinggalkan.

Siang ini, aku hendak bertemu dengan teman lamaku, Ariny. Dia adalah CEO di penerbitan tempatku bekerja. Dia bukan asli dari kota ini, kebetulan sedang berkunjung dan ingin bertemu. Karena sedang luang, aku menyanggupi permintaannya.

Aku dan Ariny sepakat bertemu di sebuah tempat makan lesehan. Kebetulan, tadi dia bertanya tempat makan yang enak, sehingga aku merekomendasikannya untuk datang ke warung lesehan ayam bakar Bahar yang terkenal mantap di kotaku.

Mengejutkan, Ariny tidak datang sendiri. Perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu datang bersama seorang wanita paruh baya yang aku yakini sebagai ibunya, dan seorang perempuan lain yang mungkin seumuran denganku.

BACOT TETANGGA [ TERBIT ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن