18

4.8K 637 66
                                    

"Cita-cita kurus, tapi makan terus.
Dasar aku."

- Nurul -

Aku mencebikkan bibir dengan mata yang sengaja disipitkan saat menatap angka yang ditunjukkan timbangan berat badan. Tante Nia yang melihatku heran, seolah penasaran mengapa aku terlihat begitu kecewa.

"Kenapa, Nur?" tanyanya.

Aku turun dari timbangan milik Tante Nia. Sengaja aku ke rumahnya, menumpang untuk menimbang berat badan. Mumpung gratis dan tidak perlu berjalan jauh.

"Naik lagi, Te," sahutku sembari menghela napas kasar. Kekecewaanku tak bisa disembunyikan.

"Naik berapa?"

"Dua kg."

Tante Nia tergelak pelan.

"Kamu habis makan apa, Nur?"

"Cuma sebungkus nasi goreng, dua buah risoles dan satu stoples kripik pisang," jawabku yang membuat tawa tante Nia semakin menjadi.

"Itu bukan cuma, udah mirip porsi makan dua-tiga orang," sergahnya.

Aku tak menjawab, hanya menghela napas sekali lagi.

"Bedah paha, Nur. Lemakmu bertumpuk semua di situ," celetuk tante Iri yang sedang mengiris kentang di teras rumahnya.

Rumah tante Nia dan Iri memang berdekatan, berhadapan. Hanya secuil jalan setapak yang memisahkan kedua rumah itu. Timbangan berat badan tante Nia juga diletakkan di ruang tamu sehingga pembicaraan kami mudah didengar dari luar.

"Benar, tuh," celetuk Cici. "Atau sedot lemak di bagian paha aja, Mbak."

Aku tak menjawab, malas menanggapi ucapan seseorang yang mengejek orang lain padahal lemaknya bertumpuk di depan, buncit.

"Makasih, Te," kataku lalu memakai. sandal, hendak pulang.

"Kabur, Nur? Tersinggung dikatai gemuk?" Tante Iri menyindir.

"Nggak, Te. Emang cuma mau numpang nimpang aja," bantahku.

"Oh, yasudah, syukur, deh. Orang baperan hidupnya nggak akan tenang, lho."

Tante Iri tersenyum miring.

Aku hanya tersenyum kecut.

"Pulang dulu, Te," pamitku lalu berjalan pulang.

"Kenapa, Mbak?" tegur Tila yang melihatku masuk dengan wajah masam. Dia yang sedang duduk di sudut ruangan, mencari sinyal wifi tetangga, menatapku penasaran.

"Aku harus diet!" aku bertekad kuat.

"Hah? Kok tiba-tiba bilang begitu? Ke sambar petir di mana?"

"Bodoh, ah."

Aku masuk, mengabaikan Tila yang masih penasaran ingin tahu darimana tekad kuat untuk diet muncul di pikiranku yang olahraga saja jarang.

Aku masuk ke kamar, rebahan sembari memegang gawai. Tidak, aku bukan main game atau memeriksa sosial media, melainkan sedangkan menghampiri google untuk mencari cara menurunkan berat badan sekaligus mengecilkan paha secara cepat.

BACOT TETANGGA [ TERBIT ]Where stories live. Discover now