24

4.7K 644 86
                                    

"Wajar jika Amoeba membelah diri. Nah, kamu? Manusia tapi nggak tahu diri. Kamu lagi cosplay jadi Amoeba jenis baru?"

- Nurul -

Hari ini, aku makan siang bersama Riani, rekan kerjaku dulu di toko sepatu. Sebelum menjadi guru honorer, aku sempat bekerja sebagai pelayan toko. Namun berhenti setelah menerima gaji pertama karena tidak kuat bekerja lama dari pukul delapan pagi sampai pukul sepuluh malam. Sepertinya aku tak cocok dengan pekerjaan yang menguras banyak tenaga. Tubuhku ini rapuh, lemah.

"Ayam geprek di sini mantap jiwa," ujar Riani saat kami sedang memilih menu.

"Pedes banget nggak, sih? Aku nggak kuat makan pedes, lambungku nggak kuat," sahutku ragu.

"Ah, kamu punya masalah lambung? Pesan ayam kecap manis aja, Nur." Riani menyarankan. "Di sini, level pedesnya sudah setara setan, bangsat sekali."

Aku terkikik pelan lalu menulis ayam kecap manis plus nasi dan es teh manis di note order. Sedangkan Riani memesan ayam geprek mantan plus nasi dengan es jeruk. Setelahnya, kami memberikan note orderan itu pada pelayan.

"Ditunggu ya, Mbak. Makasih," ucap pelayan itu ramah lalu pergi.

"Kamu masih bekerja di toko sepatu, Ni?" tanyaku membuka obrolan.

Riani menggeleng, "Udah nggak."

"Pindah?"

Riani mengangguk, "Iya, nggak betah. Banyak fitnah sana-sini, sekarang aku kerja di toko konveksi gitu."

"Wah, enak, dong?"

"Lumayan, kamu gimana? Masih ngajar?"

Aku mengangguk mengiyakan.

"Masih, aku nggak bakat kerja pake otot," ujarku sembari tersenyum tipis.

Riani tergelak, "Gayamu, Nur."

"Tapi aku nggak nyangka, lho. Bisa ketemu kamu di sini," katanya heran.

Tadi aku sempat berdiri ragu di depan rumah makan yang baru dibuka ini, sedang ada promo sehingga berani datang walau sendirian. Tak disangka, malah bertemu dengan teman lama yang juga datang sendiri. Kami pun memutuskan untuk makan bersama sekaligus reuni. Terkadang, yang dadakan dan tidak disengaja jauh lebih berhasil daripada yang terencana tapi tidak jadi.

"Lagi promo, jadi mau ke sini, nyicip, sekalian pengen menyenangkan diri sendiri," sahutku.

"Aku sudah ke sini dua kali, enak, sih. Jadi pengen nyoba lagi. Eh, dapat bonus, ketemu teman lama." Riani mengedikkan dagu ke arahku.

"Teman lama ya, udah sampai batas kadaluarsa belum, nih?" godaku.

Riani mengibaskan tangannya cepat, "Teman lama yang masih berteman sampai sekarang, kok. Tenang aja."

"Oke."

Tak lama kemudian pesanan kami datang. Sembari menikmati makanan masing-masing, obrolan kami berlanjut, mengenai perkembangan kami selama tak bertemu, semua terangkum hanya dalam beberapa paragraf.

"Jadi, kamu akan menikah setelah lebaran, Ni?" tanyaku.

Riani mengangguk, "Iya, doain semoga lancar. Kalau ada waktu, datang ya." Riani melebarkan senyumannya, bahagia.

"Semoga lancar ya sampai hari H dan pernikahan kalian sakinah, mawaddah dan warohmah, aamiin." Doaku dengan tulus.

Riani segera mengamini, "Thanks, Nur."

Aku hanya mengangguk mengiyakan.

"Ngomong-ngomong, kamu masih berhubungan sama teman kita yang lain, Nur? Yang dulu di toko sepatu," tanya Riani.

BACOT TETANGGA [ TERBIT ]Where stories live. Discover now