17

5.2K 714 54
                                    

"Bagiku, malam Minggu tak harus keluyuran, lebih baik di rumah, rebahan sambil nonton anime dan ngemil camilan."

- Nurul -

Sabtu, hari paling mager sedunia. Walau pagi-pagi harus bangun untuk mengantar Tila ke sekolah. Sepeda motornya akan aku pakai, saatnya perpanjangan STNK. Awalnya, aku menyuruhnya berangkat dengan berjalan kaki, tetapi dia tidak mau, manja. Padahal sekolah Tila tergolong masih dekat.

Sekolah Tila bersebelahan dengan sekolahku dulu. Hanya lebih jauh beberapa meter saja. Namun Tila capek, maunya diantar, mamak juga setuju dengannya sehingga aku tak bisa menolak. Tila adalah anak bungsu, mungkin itu sebabnya mamak memanjakannya. Walau mamak lebih banyak bertengkar dengan Tila dibanding denganku.

"Kamu dengar, Til? Jangan malas, dong. Hari Minggu itu bagianmu untuk menyetrika pakaian," kata Mamak Minggu lalu saat ceramah. Gara-gara Tila belum melakukan tugasnya saat dia pulang dari bekerja.

Di keluargaku, kami memiliki tugas masing-masing. Untuk menyetrika, Tila. Dilakukan setiap hari Minggu saja dikarenakan Tila masih sekolah. Tugasku adalah menyapu lantai, membersihkan kaca jendela dan mencuci pakaian serta perabotan kotor. Dilakukan setiap hari. Jika tidak sempat, terkadang Aini membantuku. Jika tidak, Mamak akan mulai mengomel.

"Orang tua marah, kok, diam aja?" Mamak emosi melihat Tila hanya diam, duduk termenung sambil memijat jemari.

"Tadi aku ada kerja kelompok di rumah Nawal, Mak. Baru pulang, capek."

"Hah? Capek? Lebih capek mana sama babu yang baru pulang ini? Yang kerjanya dari jam tujuh sampai jam lima sore?" Mamak bukannya calm down malah makin memuncak.

"Sama-sama capek, Mak. Aku juga mikir, capek juga."

"Oh, udah mulai bisa melawan huh? Diajari siapa kamu membantah sama orang tua?"

"Tadi katanya disuruh jawab," bisik Tila pelan.

"Hah? Apa? Ngomong apa kamu?" Mamak makin BT.

Tila tak menjawab, hanya memasang wajah datar, mungkin dia lagi cosplay jadi patung. Tak ingin ikut dimarahi, aku hanya bisa mengurung diri di kamar. Malas, mamak kalau marah suka menjalar ke mana-mana. Kesalahan yang dilakukan bertahun-tahun silam, bisa diangkat kembali. Ingatannya memang luar biasa sekali.

Setelah mengantar Tila, aku melakukan kewajibanku, mengajar PAUD. Muridku masih sama, penuh tawa dan air mata. Tak lupa juga rengekan dan mimik wajah ingin dipuji. Anak-anak memang begitu. Polos dan jujur menunjukkan perasaan tanpa perlu memikirkan banyak hal.

Walau sempat kesal karena berpapasan dengan Ningsih, teman yang membuatku masalah denganku kemarin. Rumahnya harus aku lewati pulang-pergi dari PAUD, sehingga mau tak mau, aku bertemu dengannya. Perkara ini akan selesai jika diminta maaf, tetapi gengsi manusia tak pernah rendah, terpaksa, demi kesejahteraan bersama, aku memaafkannya lebih dulu. Entah bagaimana dengannya.

Pulang mengajar, aku rebahan santuy. Tenagaku seperti lowbat, sehingga perlu istirahat untuk memulihkannya kembali. Aini sempat menitipkan Angkasa padaku, sehingga aku baru tidur setelah sholat dhuhur.

Saat aku bangun, hari sudah sore. Tila yang sudah pulang sekolah protes karena tidak dijemput. Aku hanya cengar-cengir saat dia melotot ke arahku.

BACOT TETANGGA [ TERBIT ]Where stories live. Discover now