18. URUSAN PERI CANTIK

7 4 2
                                    

"Jangan lemah, musuh senang kalau liat kamu rapuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan lemah, musuh senang kalau liat kamu rapuh."

-Raspberry Qanshana-

* * * *

Vote dulu ya guys!

Ara melihat arloji berwarna biru pastel yang melingkar di lengan nya. Jam menunjukkan pukul 4 sore, dan berarti Andra sudah pulang dari kantornya. Hal itu membuat Berry sangat gembira, karena kemarin ia tak bertemu dengan Andra. Berry berlari kecil dari pekarangan rumah nya, menutup pagar rumah nya dengan sekuat tenaga. Padahal, sebenarnya Berry tak kuat.

"Duh si Neng, biar saya aja atuh yang nutup pager nya," ucap satpam di rumah Berry, yang kerap di sapa Pak Kumis.

Berry menggeleng, dan masih berusaha menutup pagar yang ukuran nya berpuluh kali lipat dari ukuran badan nya yang tergolong kecil. "Gapapa Pak, biar Berry aja. Berry kuat kok, lihat nih otot- otot Berry," Berry menggulung seragam bagian lengan nya, lalu mengangkat tangan nya ke atas.

Pak Kumis hanya menggaruk leher nya yang tak gatal, karena bingung harus jawab apa, karena bukan otot yang ada di lengan Berry, justru hanya tulang yang ada. "Iya atuh Neng, saya mah percaya Neng Berry teh sekuat macan, raarrrw," kata Pak Kumis sembari menirukan suara macan.

Berry cekikikan, tangan nya sudah mulai pegal, "Ah, udah deh Pak, Berry gak sanggup nutup pager."

Pak Kumis menggelengkan kepalanya, "Kan saya tadi sudah bilang, sama saya aja Neng,"

"Hehe, yaudah Pak, Berry masuk dulu ya!" Berry kembali berlari kecil dari pekarangan rumah nya menuju pintu rumah miliknya.

Berry mengintip dari luar jendela, dan mengendap-ngendap seperti maling, niat nya sih ingin mengejutkan Andra karena kedatangan nya. Berry membuka pintu nya pelan-pelan, Andra sedang duduk di sofa ruang tengah.

Perlahan Berry mendekat ke arah Andra, dengan jalan yang mengendap-ngendap. Saat Berry ingin menepuk bahu Andra, suara Andra justru yang mengejutkan Berry.

"Dari masa saja kamu, Berry?" suara Andra mendadak dingin.

Gadis itu terlonjak, ia menurunkan kembali tangan nya yang baru saja ingin menepuk bahu Andra. Berry menun- jukkan cengiran kuda nya pada Andra.

"Dari sekolah lah, Pa, masa dari mall sih?" jawab Berry lalu langsung memeluk Andra sangat erat. Tak seperti biasanya, Andra tak merespon pelukan Berry. Laki-laki paruh baya itu justru menyuruh Berry untuk duduk.

Berry yang merasa aneh dengan sikap Andra yang tiba-tiba berubah, langsung mengerutkan dahinya, bingung. Perlahan matanya bertemu dengan mata teduh milik Andra. Namun sorot mata itu sangat tajam, membuat Berry sedikit menciut karenanya. Berry baru kali ini melihat Andra sangat menakutkan seperti cerita di film-film horor.

Bara & Berry [Sequel Gifara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang