19. HILANG NYA HARGA DIRI

8 4 0
                                    

"Mukanya doang yang datar, tapi sama setan aja takut!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mukanya doang yang datar, tapi sama setan aja takut!"

-Raspberry Qanshana-

* * * *

Vote dulu ya guys!

Berry menerjapkan matanya perlahan, menatap sekeliling yang mendadak mengalami perubahan. Tangan nya memegang kepalanya yang masih terasa sakit bersamaan dengan ringisan. Gadis itu merubah posisinya menjadi duduk, matanya masih menatap seisi ruangan. Ruangan dengan cat serba putih, dahinya berkerut, berusaha mengingat kejadian sebelumnya.

Terakhir kali Berry berada di dekat halte bersama dengan koper nya yang malang. Pikiran nya sangat kalut saat itu, mendadak hilang arah tak tahu harus pergi kemana. Di Jakarta, Berry tak punya keluarga lagi selain Andra dan Alvin yang sudah mengusirnya. Dan tiba-tiba rasa sakit itu muncul kembali, membuat Berry tak tahu kelanjutan setelah itu. Berry tak sadarkan diri.

Berry tersentak, saat pintu terbuka dengan lebar, menampilkan Ara yang sedang membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu.

"Loh, kamu sudah bangun?" tanya Ara ramah dan kangsung mendekat ke arah Berry.

"Biar Berry bantu, tante." Berry hendak bangun dari duduknya, namun Ara segera mencegah.

"Gak usah sayang, kamu masih sakit." Ara menyimpan nampan itu di atas lemari, lalu duduk di hadapan Berry, membuat gadis itu sedikit canggung.

"Gimana, kamu sudah mendingan?"

"Udah membaik sedikit. Memang nya tadi aku kenapa, tan?"

"Syukurlah." Ara mengusap lembut pipi Berry. "Tadi tante nemuin kamu dalam kondisi pingsan. Darah di hidung kamu terus mengalir, jadi tante cepet- cepet bawa kamu ke rumah sakit."

Mata Berry terbelak. "Ru-rumah sakit mana tan?" tanya Berry dengan gugup.

"Rumah Sakit Permata Indah, tadi kamu ditangani oleh Dokter Putra," jawab Kirana. "Tapi kamu tenang aja, kata dokter tadi kamu cuma kelelahan."

Berry menghela napasnya lega, untung saja Ara membawanya ke rumah sakit yang sama setiap kali ia chek up. Dan beruntung nya lagi, Dokter Putra masih mengingat perkataan nya untuk tidak memberitahu pada siapapun tentang penyakit nya ini.

"Loh kok kamu malah bengong?" Pertanyaan dari mulut Ara membuat Berry menggeleng pelan sembari tersenyum.

"Ayo dimakan dulu sayang." Ara mengarahkan sesendok bubur pada mulut Berry, gadis itu ingin menolak karena tak ingin merepotkan, tapi justru Ara kembali memaksa nya.

Akhirnya dengan tak enak hati, Berry menerima suapan dari Ara. Wanita paruh baya itu tersenyum lalu mengusap pelan kepala Berry. "Kamu mau kemana bawa koper segala?"

Bara & Berry [Sequel Gifara]Where stories live. Discover now