Bagian 49

495 29 0
                                    


Hallo

Jangan lupa follow ig un_fdllh03 dan watt_padstory terima kasih dan selamat membaca.

DISINI AKU GAK BUTUH SINDER JADI AKU MOHON SALING MWNGHARGAI KARYA SENDIRI

TERIMA KASIH...

                             ●●●●●●

"Dokter, bantu saya, Dokter!" teriak Niko dengan panik.

Satu dokter dan beberapa suster datang mendekati mereka sambil mendorong brankar. Dokter, serta beberapa suster membantu Niko untuk menidurkan Dinda di atas brankar itu. Mereka pun mendorong  brankar dengan berlari, setelah itu tiba di ruang ICU, Niko berhenti tepat di sana. Ia menangis, khawatir, dan takut. Ia takut jika Dinda tidak bisa selamat.

"Dinda!" teriak seseorang di sana.

"Tente," panggil Niko. Ia melihat keluarga Dinda di sana bersama keluarganya. Shinta berlari mendekati Niko.

"Nik, Dinda kenapa?" lirih Shinta.

"Dinda kecelakaan, Tan," jawab Niko.

Shinta menangis sesegukkan. Wanita itu bahkan pingsan di sana dan untungnya, Wisnu langsung menangkap sang istri.

"Winsu, bawa Shinta ke ruang rawat," ujar Fino-Papah Niko.

Wisnu langsung membawa Shinta ke sana diikuti dengan Dwi-mamah Niko. Setelah itu, Niko langsung menyandarkan tubuhnya di tembok. Cowok itu sangat takit kehilangan Dinda. Fino, yang melihat putranya yang sedang menangis kemudian mendekat, ia duduk di sebelah Niko, mengelus lembut bahu Niko seakan memberi kekuatan kepada putranya.

"Nak, udah, ya, jangan nangis, Dinda baik-baik aja kok," ujar Fino berusaha menenangkan Niko.

"Pah, Niko takut, Niko .... Niko gak mau kehilangan Dinda, Pah, Niko baru ngungkapin perasaan Niko ke dia," jelas Niko dengan suara yang serak.

Fino langsung memeluk putranya, memberi semangat kepada Niko dan kekuatan untuk tetap bertahan.

"Ada keluarga Dinda di sini?" Seorang dokter keluar dari ruangan ICU membuat Fino dan Niko melepaskan pelukan mereka.

"Tunggu, Dok, saya telepon dulu," ujar Fino. Ia pun menelepon Wisnu menyuruhnya untuk datang cepat.

Beberapa menit kemudian, Wisnu telah kembali. "Iya, Dok, saya papahnya, ada apa, ya?" tanya Wisnu.

"Gini, Pak, Dinda banyak kehilangan darah, ia harus segera mendapatkan donor darah, Pak dan harus dioperasi secepatnya karena ada kaca yang berada di kepalanya," jelas Dokter tersebut.

Wisnu, Fino, dan Niko memelas mendengar ucapan dokter tersebut.

"Golongan Darah apa, Dok?" tanya Wisnu.

"Dinda, golongan darahnya AB negatif, Pak, dan itu sangat susah dicari, di rumah sakit ini stoknya sudah habis," jelas Dokter.

Bagaimana sekarang? Mereka harus mendapatkan darah itu dan sekarang golongan darah Dinda sangat langkah.

"Ambil darah saya, Dok, darah saya sama putri saya sama," ujar Wisnu.

Dokter tersebut mengangguk mengiyakan kemudian berkata, "Baiklah, anda sekarang pergi ikut dengan suster ini, suster, bawa Pak Wisnu tes darahnya, ujar Dokter tersebut.

Suster tersebut membawa Wisnu ke ruangan untuk dicek terlebih dahulu darahnya dan kesehatannya. Sedangkan di tempat lain, Shinta terbangun dari pingsannya. Wanita itu kemudian bangun dengan bantuan Dwi.

"Mbak, putri saya gimana?" tanya Shinta.

"Dinda kehilangan banyak darah, Mbak," jawab Dwi.

"Tapi, Pak Wisnu pergi cek darah buat didonorin ke Dinda, karena darah mereka sama AB negatif, di rumah sakit sekarang stok darahnya sudah habis," jelas Dwi.

Shinta lalu menangis. Ia takut kehilangan putri semata wayangnya. Ia bangkit dari tempat ia dibaringkan dibantu oleh Dwi. Setelah itu, kedua wanita paru bayah itu keluar dari ruangan rawat dan berjalan menuju ruang ICU di mana Dinda dirawat.

                         ♡♡♡♡♡

"Darah anda cocok, Pak," ujar suster tersebut. Wisnu menarik napasnya dan menghembuskan dengan pelan. Setelah itu, ia bangkit dari tempat ia dibaringkan kemudian pergi menuju ruang ICU.

Setelah semua sudah berada di sana. Dokter kemudian datang dengan membawa map di kedua tangannya.

"Pak, tolong tanda tangani surat ini, biar kita bisa operasi putri Bapak," ujar Dokter tersebut sambil menyerahkan map tersebut kepada Wisnu.

"Apakah, anak saya bisa selamat, Dok?" tanya Wisnu dengan hati-hati.

Dokter tersebut tersenyum. "Insya Allah, Pak, kami akan berusaha sekuat yang kami bisa, dan jangan lupa tetap berdoa kepada Allah agar anak Bapak bisa terselamatkan," jelas Dokter tersebut.

Wisnu dengan berat hati menandatangani surat tersebut. Putrinya harus selamat. Ia akan melakukan apapun agar putri semata wayangnya bisa selamat.

Setelah menandatangani surat tersebut. Winsu menyerahkan kembali surat itu kepada dokter, dan kemudian, dokter tersebut pergi kembali ke ruang ICU. Beberapa menit kemudian, ia keluar lagi dan beberapa perawat bersamanya yang akan membantunya untuk menyelamatkan pasiennya.

Dinda terbaring di sana, darahnya sudah dibersihkan oleh suster. Gadis itu terlihat tenang, sangat tenang seakan tidak ada yang terjadi. Dokter tersebut menghentikan brankar tepat di depan Niko.

Niko mengeluarkan air matanya melihat Dinda yang terbaring lemah tak berdaya. Cowok itu kemudian mendekat dan memegang kedua tangan Dinda lalu menciumnya seakan memberi kekuatan kepada cewek tersebut.

"Din, aku bakalan nungguin kamu bangun, plis bangun, Din, aku mau kamu tetap bersama aku, aku mohon sama kamu," lirih Niko.

Wisnu dan Shinta melakukan hal yang sama. Shinta bahkan tidak bisa menahan tangisnya. Dwi datang membantu Shinta memberikan sedikit kekuatan kepada Shinta.

"Baiklah, kita akan membawa Dinda ke ruang operasi," ujar Dokter tersebut sambil menghelus bahu Niko.

Niko melihat Dinda yang semakin menjauh dari dirinya. Dinda pergi bersama dokter serta beberapa perawat. Wajah Dinda seakan membuat Niko semakin takut kehilangan dirinya.

"Ya Tuhan, aku mohon tolong selamatkan Dinda," lirih Niko.































TBC......

GIMANA?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA

SALAM

UUN FADILLAH

TENTANG KITA (END)✔Where stories live. Discover now