14. Matcha

332 29 0
                                    

Karena sudah berada di Jakarta, aku berencana akan ke butik hari ini. Sebenarnya sih tidak perlu ke butik tidak apa-apa. Tapi, karena aku ingin saja.

"Sell, bagaimana perkembangannya?" Tanyaku pada Sella yang sedang menorehkan tinta pulpen pada sebuah kertas. Mungkin, dia menulis laporan keuangan. Ya, memang aku masih memantau, setiap bulan harus ada laporan keuangan, laporan ekspor atau barang yang terjual.

"Sampai sini, baik-baik saja," Sella tersenyum padaku. Aku memang mempercayakannya pada Sella, tapi tidak sepenuhnya. "Tiga hari akhir ini, ada pria yang mencarimu, aku tidak tahu siapa, tapi dia selalu menanyakanmu ada dimana,"

"Lalu, kau menjawab apa?"

"Aku hanya mengatakan tidak tahu, kalau aku mengatakan kau berada di Osaka, nanti aku juga yang kena,"

Sella memang seperti itu, dia selalu berpikir panjang sebelum melakukan atau mengatakan apapun, itu yang kusuka darinya.

"Siapa, ya? Bagaimana ciri-cirinya?"

"Dia tinggi, klimis,"

Clue yang diberikan tidak cukup untuk menebak siapa dia. Ah, sudahlah.

"Yasudah, aku tinggal dulu ya Sell, akhir bulan semua laporan harus sudah ada di mejaku,"

"Siap!"

Sella memang tidak pernah telat sedikitpun, sepertinya aku tidak salah mempercayakannya. Sella sudah kupercaya selama lima bulan, karena sebelumnya aku sendiri yang mengurusi semuanya.

Aku jadi ingin boba. Kebetulan di depan butik ada kios boba yang baru buka sepertinya, karena aku belum pernah melihatnya.

"Caramel Matcha boba dua, dan Brown Sugar boba dua,"

Setelah penjual mengatakan 'tunggu ya mbak' aku duduk disalah satu bangku. Matcha itu untukku semua, dan brown sugar untuk ayah dan bunda. Siapa tau mereka menyukai juga, jadi ya kubawakan saja.

"Ini mbak,"

Aku mengeluarkan dua lembar uang yang berwarna biru, dan meninggalkan kios itu. Ah, aku lupa, aku harus membeli beberapa novel terbaru. Aku juga mempunyai banyak koleksi novel di kamarku, sampai bunda membuatkan rak buku untukku, padahal kalau disimpan dilaci saja cukup.

Aku mengunjungi salah satu Gramedia di Jakarta. Dan memilih beberapa novel. Aku memilih novel dari sinopsis yang ada dibelakangnya, kalau bagus dan membuat penasaran, aku membelinya.

Hum.. pertemuan tidak terduga. Aku bertemu Devan 'lagi'. Malas sekali aku melihat wajahnya.

"Em.. Hai, Zahra!" Sapanya duluan.

Aku hanya menjawab dengan deheman, dan pura-pura sibuk mencari novel.

"Gimana kabarmu?"

"Bukankah matamu bisa melihat apapun?" Ucapku ketus.

"Mataku tidak bisa melihat isi hatimu," Devan mulai gila.

"Cih," Aku langsung saja meninggalkannya, dan pergi membayar semua novel yang kubeli.

Ah, sial. Hujan lagi, mobilku terparkir agak jauh dari sini, karena disini cukup ramai, jadi mobilku tidak terparkir pas di depan pintu Gramedia.

Sambil menunggu hujan sedikit reda, aku duduk disalah satu bangku depan, dan menscroll aplikasi instagram.

Aku melihat salah satu postingan Nurina. Hah? Apa dia tidak waras? Nurina memposting foto selfienya bersama Jin oppa, sepertinya waktu di pesawat. Langsung saja aku mengirim pesan padanya.

Dan ternyata setelah mendapat balasan dari Nurina aku sedikit lega. Akun Instagramnya diprivate. Sebentar lagi akan diarsip, dan kembali seperti semula. Lalu? Untuk apa dia memposting? Agar Jin oppa terkesima dengan captionnya mungkin. Ah sudahlah, biarkan pasangan itu bersenang-senang dengan caranya sendiri.

Keadaan semakin sial saja, karena Devan duduk disebelahku. Aku tidak mempedulikannya, aku masih berkutat dengan aplikasi Instagram.

"Gini banget ya sama mantan," Devan sedikit lantang. Aku tau, itu ditujukan untukku. Aku hanya meliriknya dan kembali menatap handphoneku.

"Masih cinta sama Idol Korea?" Devan seperti berbicara sendiri.

"Apa sih urusannya dengan anda?"

"Gak pantes aja," Devan dengan entengnya. Emosiku benar-benar meluap. Kalau bisa kukatakan juga kalau aku ini adalah kekasihnya Taehyung. Tapi tidak bisa kukatakan.

Dia berkata aku tidak pantas mencintai Taehyung atau aku tidak pantas bersama Taehyung? Seperti itulah, Devan sama sekali tidak menyukai Korean Pop. Tidak peduli sih, Devan suka atau tidak.

Karena hujan sudah mulai reda aku kembali ke rumah.

"Bunda.. Zahra bawa boba," Ucapku sedikit berteriak dan memasukkan dua cup Brown Sugar Boba kedalam kulkas. Sedangkan yang Caramel Matcha kubawa ke kamarku.

"Iya, nanti Bunda coba," Teriak Bunda dikamarnya. Mungkin Bunda sedang menonton drama korea. Bunda memang menyukai drama korea, kadang aku masuk ke kamarnya sampai matanya sembab, mungkin karena terbawa suasana.

Aku masuk ke kamarku, dan melangsungkan ritual mandiku. Setelahnya aku menyeruput Caramel Matcha sambil bersantai saja. Tiba-tiba ada video call dari Taehyung.

"Matcha lagi," Ucapnya diseberang sana.

"Sangat enak, kau mau?" Aku sambil menyedot cairan hijau itu dan meneguknya.

"Aku punya cokelat matcha," Taehyung sambil mengambil satu batang cokelat matcha dan memakannya.

"Tae hyung, kenapa kau makan cokelatku?" Seperti suara Jungkook, ah, sepertinya memang Jungkook.

"Nakal sekali kau ini, mengambil makanan milik orang," Ucapku, dan Taehyung malah nyengir tidak jelas.

"Nakal tapi kau sayang kan?" Taehyung tersenyum jail.

"Ish, dasar,"

"Zahra Noona cepatlah kembali ke Seoul, Tae hyung tidak mau makan Noona, kalau tidak bertemu denganmu," Jungkook berteriak.

"Benarkah? Kenapa kau tidak makan? Itu tidak baik untuk kesehatanmu Tae," Omelku, karena Taehyung tidak makan, benar-benar manja sekali spesies satu ini.

"Ini aku makan," Taehyung sambil mencomot cokelat matchanya.

"Dia tidak makan siang Noona!" Jungkook lagi, bagus sekali aku jadi tahu tentang apapun karena Jungkook.

"Tae, makan ya,"

"Ah, yasudah, aku akan makan,"

"Jangan ditutup! Aku ingin melihatmu makan,"

Taehyung menaruh handphonenya di atas meja, dan sepertinya dia mengambil makanannya, tidak lama, hanya beberapa menit dan handphonenya dibuat berdiri, seperti merekam dia makan.

"Bagus, yang banyak ya!" Ucapku.

"Suapi," Taehyung disela-sela makannya.

"Bagaimana? Jangan aneh-aneh, Tae," Lalu, Taehyung mengerucutkan bibirnya. Minum, dan tidak melanjutkan makannya. "Nanti, kalau aku bertemu denganmu, pasti kusuapi," Taehyung langsung senyum sumringah.

"Janji?"

"Iya.."

"Kututup dulu ya sayang,"

Aku tersenyum, dan Taehyung memutuskan sambungan.

Taehyung terlihat sangat manja sekali. Aku sangat berterimakasih kepada Jungkook karena sepertinya dia peduli kepada Taehyung.

shaffiraazzhr

Endless Love || KTH  (END✅)Onde histórias criam vida. Descubra agora