28. The Truth

357 20 0
                                    

Jangan lupa votment gaisseuu!

"Pak, ada seorang pria didepan pintu, suruh dia keluar!" Perintahku kepada Pak Reno.

"Baik nona,"

Aku bisa melihat bagaimana satpam mengusir Taehyung. Aku melihat di balkon kamarku.

"Maaf, tapi anda harus pergi," Pak Reno berbicara dengan santai.

"Ini rumah kekasihku,"

"Tapi nona Zahra menyuruh anda untuk pergi,"

"Tidak, aku harus berbicara dengannya,"

"ZAHRA!" Teriaknya dari depan pintu.

Aku benar-benar tidak bisa menahan tangisanku. Aku sangat ingin menemuinya, aku merindukannya. Tapi, perbuatannya kemarin sangat menyakitiku.

"Pak, biarkan saja, nanti pasti dia pergi sendiri," Sepertinya akan sulit untuk mengusir Taehyung, karena Taehyung tergolong orang yang keras kepala.

"Baik nona,"

Aku menutup sambungan telepon, dan Pak Reno sepertinya kembali ke tempat kerjanya.

Huft, tidak ada bibi lagi, aku harus bagaimana? Apa aku harus mendengarkannya? Apa aku harus diam saja disini? Apa aku tidur saja? Apa aku makan saja? Apa aku menikmati matchalatte saja? Apa aku ...

Arghh..
Taehyung membuatku gila. Aku tidak tau harus apa.

Mungkin karena lelah, aku tertidur hingga hujan petir membangunkanku saat malam hari. Aku melangkahkan kakiku menuju balkon untuk melihat apakah masih ada Taehyung dibawah sana.

Taehyung masih tetap berada disana. Hati kecilku berkata kalau aku harus menyuruhnya masuk karena dia kedinginan. Tapi, ego ku lebih besar daripada hati kecilku.

Aku bingung harus bagaimana. Mungkin karena rasa sayangku, aku menghampiri Taehyung. Ah, aku terlambat, Taehyung sudah memejamkan matanya. Bajunya basah, dia memeluk tubuhnya sendiri.

Aku tidak peduli kalau ini hujan, tapi aku harus membawa Taehyung masuk ke dalam. Aku berlari meminta bantuan Pak Reno untuk membawa Taehyung ke kamar tamu.

Aku bergegas untuk mengambil handuk dan mengeringkan rambut serta pakaiannya. Saat mengeringkan rambutnya aku tidak sengaja menyentuh keningnya, dan itu sangat panas. Apakah Taehyung sakit?

Aku berniat mengambil kompres dan termometer di bawah. Tapi, ada tangan yang mencekal tanganku.

"Tae?"

"Disini saja, jangan tinggalkan aku," Taehyung dengan suara lemahnya.

"Tapi --"

"Aku ingin, kau disini,"

Hatiku melunak, aku duduk di kursi sebelah tempat tidur. Aku mengelus tangannya lembut, dan dia tersenyum, aku juga ikut tersenyum.

"Aku merindukanmu," Taehyung mengecup tanganku. Entah karena apa, semua tentang Jisoo hilang di ingatanku. "Itu semua tidak benar," Lanjut Taehyung. Aku membiarkannya menjelaskan semuanya.

"Jisoo menjebakku, saat di acara kemarin dia ingin berfoto denganku dan aku mengiyakannya. Mungkin dia sengaja menyuruh orang untuk menyorot kami berdua, dan Jisoo berpura-pura jatuh. Tentu saja aku menangkapnya, dan dia mengatakan 'Berkencanlah denganku, kalau tidak semua ini akan sampai ke kekasihmu,'. Aku benar-benar tidak ingin kau tau, karena kau juga sibuk mengurus permasalahan di butikmu. Tapi ternyata dia memublikasikan ke semua orang. Aku benar-benar bingung, Ra. Dan akhirnya Namjoon hyung dan lainnya membantuku," Jelas Taehyung.

"Percaya kepadaku kan?" Taehyung menatapku.

"Aku minta maaf, Tae," Ucapku asal.

"Aku yang seharusnya meminta maaf,"

Handphone Taehyung berbunyi. Telepon dari Jimin. Aku mengangkatnya dan mengaktifkan loudspeaker.

"Tae, Jisoo mencarimu didepan dorm," Jimin bingung.

"Aku lelah Jim, usir saja dia, tidak perlu mengatakan apa-apa,"

"Kurasa dengan seperti itu, Jisoo tidak akan pergi," Jimin sepertinya berpikir. "Oh, Kookie sudah mengatakan kalau kau pergi ke Indonesia,"

"Dasar Jungkook!" Taehyung keras.

"Ada apa? Aku mengatakan yang sebenarnya bukan?" Jungkook tiba-tiba datang dan ikut bicara tanpa rasa salah.

"Cukup!" Taehyung mengambil handphonenya dari tanganku dan memencet tombol berwarna merah.

"Apa Jisoo akan datang?" Tanyaku.

"Aku tidak tau," Taehyung pasrah.

"Aku takut," Ucapku, dan Taehyung mengerenyitkan alisnya. "Aku takut kau tidak mencintaiku, dan akan meninggalkanku," Entahlah aku memikiki keberanian darimana mengatakan itu.

Taehyung tersenyum tidak jelas. Dan aku? Menahan malu. Taehyung merubah posisinya menjadi duduk dan menghadap aku.

"Lihat aku," Taehyung sambil memegang kedua pipiku. Aku benar-benar gugup. Dengan pelan, aku menatap matanya. Ah, sial aku sangat gugup.

"Aku mencintaimu,"

"Aku mencintaimu," Ucap Taehyung lagi.

"I love you and my love will never run out," Ucapnya lagi.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu," Lagi-lagi.

"Aku benar-benar mencintaimu," Aku mencoba mencari kebohongan di matanya. Dan dia benar-benar serius.

"Me too," Akhirnya aku berani mengeluarkan suara.

Lalu, Taehyung mencium keningku lama.

"Tidur denganku ya," Taehyung menjauhkan bibirnya dari keningku.

Aku berpindah tidur di sebelah Taehyung. Dan memeluknya duluan.

Aku memejamkan mataku seolah sudah tertidur. Aku masih merasakan tangan Taehyung membelai suraiku lembut.

"Seharusnya aku tidak seperti ini, aku sangat bersalah meninggalkanmu dan tidak mengangkat teleponmu, Jisoo tidak memperbolehkan ku mengangkat teleponmu, maafkan aku. Aku benar- benar --"

"Sstt.." Aku menempelkan jari telunjukku di bibirnya. Mengecup pipinya dan dengan gerakan cepat aku membelakanginya.

Tidak lama, aku merasakan Taehyung memelukku dari belakang.

•••

Jangan jadi siders, tinggalkan jejak! Vote! Spam comment juga!

•••

shaffiraazzhr

Endless Love || KTH  (END✅)Where stories live. Discover now