01. Pertemuan Kampret

22.5K 695 42
                                    

"Hhhh, ngalah aja deh Vin!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hhhh, ngalah aja deh Vin!"

Arevin Nero Ardiaz, lelaki berumur tujuh belas tahun itu berdecak keras menatap layar televisi sambil membanting stik Play station yang tengah ia pegang.

Ia melirik Vano sahabatnya yang tengah tertawa puas karena baru saja memenangkan taruhan bermain playstation. Revin benar-benar kesal dengan kelalahannya kali ini.

"So, besok gue dapet kiriman kuota dua ratus ribu dong!" Vano memekik keras agar Revin yang sedang duduk bersandar di sofa bisa tersadar dengan taruhan mereka yaitu 'siapapun yang kalah harus membelikan kuota 200k' dan mirisnya Revin yang membuat taruhan tersebut.

"Ck! Nanti gue isi," ucap Revin berdecak keras diawal kalimatnya.
Vano tersenyum girang menatap muka kesal sang sahabat yang kini sedang beralih pada handphone miliknya.

"Gitu dong, besok taruhan lagi ya!," seru Vano ikut duduk disofa bersama Revin.
Revin berdecak lagi melirik jam dinding yang tergantung di dinding kamar Vano.

19:00

Revin terkesiap, matanya terbelalak melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam, kalau tidak pulang sekarang bisa-bisa ia dipanggang oleh Papanya–-Alrescha Nero.

"Gue cabut dulu," pamit Revin berdiri melakukan tos ala cowok dengan Vano.

Vano mengedikkan dagunya sambil mengangkat senyum pada Revin yang melambaikan tangan membuka pintu kamar Vano.

Revin berjalan menuruni tangga dengan menenteng jaket putih yang tadi ia pakai. Sembari berjalan ia bersiul keras untuk membunuh rasa kesendiriannya keluar dari rumah Vano yang memang sepi tak ada penghuni kecuali sang sahabat.

Dengan langkah kilat, Revin menaiki motor bertipe kawasaki ninja berwarna merah yang Rescha belikan sebagai hadiah ulang tahunnya yang ketujuh belas dan itu baru empat hari yang lalu.

Melirik sekitarnya yang nampak sangat sepi mampu membuat Revin bergidik ngeri pantas saja sepi, rumah Vano memang berada di pinggir kota tidak seperti rumahnya.
Ia bersiul lagi memakai helm full face miliknya dan segera menggeber motornya menuju jalanan sepi.

Drrt...

Baru saja berjalan namun Revin sudah merasakan handphonenya bergetar. Ia yakin ini pasti dari Papanya kalau bukan ya dari Mamanya.

Revin merogoh kantung jaketnya mengambil handphone putih bermerk apel digigit tupai. Benar saja dilayarnya tertulis kontak Mamanya. Tanpa berhenti melajukan motor Revin mengangkat telepon, memang minta ditilang ini anak.

"Halo Ma, kenapa?"
Revin mengangkat kaca helmnya.

"Nggak pulang?"
Revin dapat mendengar suara ketus Mamanya diseberang sana.

"Pulang kok, ini lagi Otw."

"Bagus deh, kamu sama Revan?"
Revin mengernyit, sedari pulang sekolah sampai sekarang ia tidak bersama Revan karena Revin tau kebiasaan Revan bersama temannya yang suka pergi Clubing tanpa ijin dari Mama ataupun Papanya kalau malam minggu.

Married Dadakan Where stories live. Discover now