16;-

3K 387 31
                                    

"Yoon bangunkan Jung-ie. Sudah mau makan malam," Seokjin tidak memindahkan matanya dari masakannya, hanya mulutnya yang bergerak memerintah Yoongi.

Yoongi menurut, walau sedikit terpaksa karena menjalankan tugas sebagai pengawal Seokjin. Mengerang setelah bersandar di sofa selama dua jam, Yoongi meregangkan tubuhnya.

Menyisir rambutnya dengan tangan, "Memang Jung-ah tidur dari jam berapa?"

"Hm," Seokjin mendeham. "Kira-kira dari jam tiga sore tadi."

Mata Yoongi melebar sedikit. "Ini sudah jam enam sore. Lama juga tidurnya," Tidak berlama-lama lagi, Yoongi beranjak ke kamar Jungkook yang pintunya masih tertutup rapat.

"Oh ya, hyung." Yoongi berhenti melangkah, menoleh ke arah Seokjin. "Kita jadi ngomong tentang itu ke Jung-ah, kan?"

Seokjin menggigit bibir bawahnya, mengangguk terpaksa. "Joonie bilang kita harus jujur dengan Jung-ie."

Mata tajam Yoongi menelisik salah satu pangeran itu, menghela nafas kalah. "Kau tau dia benar, hyung." Yoongi kembali melangkah mendekati kamar. "Mau tidak mau."

Mendengar pintu kamar tertutup, Seokjin menghembuskan nafas kasar. Pemuda itu mengusap wajahnya, berbisik lirih, "Aku tau, aku tau jelas."

"Tapi aku tidak mau." Seokjin berbisik pelan.

"Aku—tidak mau."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yoongi melangkahi kasur kecil tempat mereka biasanya tidur dalam bentuk alien kecil, mendekati sosok Jungkook yang masih tertidur lelap sembari memeluk boneka kelincinya.

Untuk beberapa menit, Yoongi hanya diam memperhatikan Jungkook.

Mereka memang berencana ingin membeberkan semua rahasia mereka saat makan malam nanti, tapi entah mengapa Yoongi merasa Jungkook sudah tau.

"Jung-ah," Dengan lembut Yoongi membelai pipi Jungkook.

Jungkook tidak bergerak, masih tenggelam dalam dunia mimpi.

Yoongi tidak menyerah, tangannya yang tadi hanya membelai kini mencoba mencubit pipi gembil Jungkook. "Jung-ah, sudah mau malam."

"Ngapain, hyung?"

Yoongi menoleh ke arah pintu, mendapati Jimin tengah bersandar di dinding.

"Bangunin Jungkookie."

Jimin mendeham, ikut berdiri di samping Yoongi. "Cara bangunin Jungkookie sebenarnya mudah lho, hyung." Pemuda tampan itu tersenyum jahil. "Begini nih."

Kedua tangan Jimin bergerak maju, menetap di dada sekal Jungkook.

Kemudian dengan cepat jemarinya mencubit puting dada Jungkook.

Jungkook tersentak kaget, matanya langsung terbuka lebar.

"Hyung!" Pemuda manis itu memekik kaget, menepis tangan Jimin dari dadanya. Matanya mendelik galak yang malah kelihatan menggemaskan, tangannya menutupi bagian depan tubuhnya.

Jimin tergelak keras, dan bahkan Yoongi tersenyum lucu padanya. "Aku bahkan tidak mau tau bagaimana cara Jimin mengetahui trik itu," Yoongi berkomentar jahil.

Wajah Jungkook memerah mendengarnya.

"Bangun, cantik." Jimin mengelus kepalanya lembut. "Sudah mau malam lho."

Yoongi membantu menopang punggung Jungkook, menegakkan tubuh pemuda manis yang masih tampak mengantuk.

Bibir Jungkook mencebik. "Iya bangun sudah."

Yoongi memutar bola matanya. "Ayo," Ditariknya lengan Jungkook hingga dia tidak punya pilihan lain selain menurut. "Kita makan malam,"

Jimin ikut membantu, melingkarkan lengannya pada pinggang ramping Jungkook.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jungkook-ah," Suara Namjoon begitu pelan, hampir terendam suara dentingan sendok pada piring.

Walaupun begitu suara tegas Namjoon tetap terdengar, membuat suasana di meja makan tiba-tiba diam untuk mempersilahkan calon raja itu berbicara.

Namjoon mendeham, tiba-tiba merasa gugup.

"K-kami—" Namjoon mendeham lagi, suaranya tiba-tiba tertangkap di tenggorokan. "Kami belum memberitahumu alasan kami ke sini."

"S-sebenarnya kami—" Kalimat Namjoon kembali terputus saking gugupnya. Menarik nafas dalam-dalam, "K-kami—"

"Hyung," Jungkook menyela lembut, merasa kasihan melihat Namjoon yang terlihat begitu kesulitan. Ia tersenyum menenangkan yang terlihat sendu. "Aku sudah tau."

"Jung—"

"Mencari tunangan kalian, kan?"

Mereka berenam terdiam kaget.

"Kim Jennie, bukan? Sekarang sedang tinggal dengan temanku Lisa." Jungkook berdiri dari kursinya, mengelus pipi Namjoon pelan. "Aku sudah tau, hyungie."

"Darimana?" Mulut Seokjin menganga shock.

"Gak sengaja denger waktu itu." Jungkook menjawab masih sama lembut. "Aku mau ajak beli bahan makanan malah tidak sengaja mendengar diskusi kalian."

"Maaf,"

Jungkook menoleh ke arah Hoseok. Ekspresi cerah pemuda itu tidak terlihat, diganti ekspresi muram.

"Kenapa kamu minta maaf, hyungie?" Pemuda manis itu memiringkan kepalanya. "Harusnya aku yang minta maaf sudah menguping pembicaraan kalian."

BRAK

Taehyung menghantamkan tangannya pada meja, membuat enam pasang mata lainnya berbalik menatap terkejut padanya. Dia hanya menggelengkan kepalanya. "J-jung— Jungkookie,"

"Taehyungie?"

Pangeran paling muda itu terisak. "J-jungkookie,"

Semua orang kembali merasa terkejut ketika Taehyung tiba-tiba menerjang Jungkook. Lengan kokohnya melingkari pinggang ramping Jungkook, menenggelamkan kepalanya pada dada Jungkook seperti siang tadi.

Jungkook hanya menyisir rambut Taehyung pelan, tidak berkomentar apa-apa tentang rasa basah di dadanya.

Samar-samar Jungkook bisa mendengar Taehyung tampak membisikkan sesuatu, tapi Taehyung tidak berniat mengulangi, dan Jungkook tidak berniat memaksa.

Malam mereka bersama mulai terhitung mundur, tapi malam ini hanya penuh kesedihan.

***
TBC
***

Hayolo 😗

Chasing Stars .・゜゜・Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang