18;-

3.8K 455 76
                                    

Hari ini suasananya berbeda. Tidak usah diucapkan, melihat wajah murung Namjoon atau wajah sedih Taehyung sudah memberi Jungkook jawaban.

Hari ini waktunya pulang.

Hati Jungkook tertohok. Padahal baru kemarin dia mengajak mereka berenam ke pasar malam. Walaupun sedih, Jungkook bersyukur setidaknya dia sempat mengajak mereka berpergian untuk yang terakhir kalinya.

Hoseok dan Jimin sejak kemarin malam terus memeluknya, bahkan sampai bertengkar dengan yang lain agar bisa tidur seranjang dengan Jungkook. Sekarang saja mereka sedang duduk di samping Jungkook, dengan lengan merengkuh pinggang ramping Jungkook dan kepala mereka bersandar di pundak pemuda manis itu.

Seokjin sengaja menyibukkan diri di dapur, dengan Yoongi yang biasanya bermalas-malasan di sofa mengambil inisiatif untuk membantu sang pangeran tertua.

"Hari ini kalian pulang?"

Sontak seluruh pasang mata langsung menghadap Jungkook.

Ekspresi mereka yang awalnya serius langsung melunak melihat Jungkook.

Mata pemuda manis itu berkaca-kaca, dan gigi kelincinya tampak menyembul sedikit menggigit bibir bawahnya kencang. Hidungnya juga pipinya memerah. Singkatnya, Jungkook tampak menggemaskan, tapi saat ini bukan waktu yang tepat.

Jungkook menahan tangis.

Waktu seperti inilah yang membuat mereka sadar, sedewasa apapun Jungkook bersikap, dia adalah pemuda termuda di antara mereka.

"Jung-ie," Jimin berbisik menenangkan. Jempolnya mengelus lembut ranum Jungkook yang hampir terluka. "Jangan digigit, baby. Nanti berdarah."

Jungkook mendengus tertahan, sudut bibirnya terangkat sedikit. "Kenapa panggil aku itu?" Suaranya agak sengau, benar-benar merupakan tanda jelas Jungkook hampir mengeluarkan air mata.

Hoseok bergeser mendekat di sampingnya, menarik perhatian Jungkook. "It's okay, honey." Tanpa ragu Hoseok menarik kepala Jungkook untuk menyembunyikan wajahnya di lehernya. "It's okay to cry."

Taehyung ikut mendekat, berjongkok di depan tubuh Jungkook. Tangannya yang lebar menangkup tangan Jungkook yang begitu kecil di genggamannya. "We'll miss you too, petal."

Tepat setelah Taehyung menyelesaikan kalimatnya itu, barulah Hoseok merasakan basah di leher dan pundaknya. Hoseok tidak mencoba mengeluarkan kata-kata penenang, tapi rengkuhannya bertambah erat, semakin hangat.

Namjoon hanya menyaksikan kejadian itu tanpa beranjak dari posisinya. Membiarkan sunshine line mereka menenangkan pemuda dengan hati emas.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ternyata alasan kalian jadi alien kecil itu karena pesawat kalian kecil..?" Jungkook mengangkat sebelah alisnya melihat ukuran pesawat - atau roket - yang terparkir di dalam semak-semak. Pantas saja tidak ada yang menemukan. Kalaupun ada yang tidak sengaja ketemu, pasti dianggap mainan.

Saking kecilnya, bahkan Jungkook tidak yakin kalau seorang orang dewasa bisa berdiri tegap di dalam sana.

Shooky hanya melompat-lompat di atas kepalanya untuk beberapa kali (terakhir), sebelum makhluk berkedok kue kering itu akhirnya melompat turun ke atas kepala RJ.

Lisa berdiri agak menjauh dari mereka, Jennie ada dalam pelukannya dalam bentuk anak kucing. Perempuan muda itu benar-benar merengkuh Jennie erat, membenamkan wajahnya di antara bulu lembut Jennie.

Jungkook menggeser kembali matanya ke arah alien kecil itu. Bahkan Koya yang biasanya sudah tertidur sedang berdiri di samping RJ dan Tata.

Genggamannya pada bingkisan di tangannya mengerat.

Senyuman tipis terlukis begitu manis di wajah Jungkook. Pemuda manis itu berlutut, menyamakan tingginya dengan tinggi enam makhluk kecil yang sukses menempatkan posisi di hatinya.

"Kalian," Suaranya tersangkut di tenggorokan. Jungkook mendeham. "Baik-baik ya,"

Kembali tersenyum pada mereka — untuk yang terakhir kalinya — Jungkook menunduk, mengecup kepala satu persatu alien yang berjajar di depannya.

"Bye, hyungies," Jungkook berbisik, menyerahkan bingkisan yang sedari tadi dia genggam ke Tata. Alien dengan kepala hati itu memeluk bingkisannya erat-erat. "Terima kasih sudah hadir di kehidupanku."

Maybe we'll meet again in another life.

Secara serentak, mereka langsung menerjang Jungkook. Memeluk bagian tubuh Jungkook yang bisa digapai tangan kecil mereka.

Mang yang paling cepat, berhasil memeluk perut Jungkook. RJ dan Shooky memeluk lengan kanannya, dan Chimmy memeluk lengan kirinya. Dengan lengan panjangnya Tata menaikkan diri ke pundak Jungkook, dan Koya memeluk sisi pinggul Jungkook.

Jungkook meringis, kembali menahan air mata mati-matian. Dengan erat dia membalas pelukan mereka, membenamkan wajahnya di kepala Mang.

"Thank you," Jungkook berbisik. Dalam kalimatnya tersirat begitu banyak arti.

Terima kasih sudah hadir di kehidupanku dan membawa kehangatan.

Terima kasih sudah mengajariku begitu banyak hal.

"Thank you for teaching me love,"

Enam alien itu tidak membalas, mereka tidak bisa berbicara.

Namun untuk sesaat, Jungkook bersumpah pelukan mereka bertambah erat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bahkan saat pesawat— roket? — mereka terbang dan menghilang dari pandangan, Jungkook tidak menangis. Hanya terdiam, memeluk menenangkan Lisa yang sudah tersedu.

Tidak mengeluarkan air mata saat dia mengantar Lisa pulang.

Bahkan saat mandi dia juga tidak menangis.

Ketika Jungkook bergelung di bawah selimut, mengenakan pakaian tidur dan memeluk bonekanya— dikelilingi oleh bau enam pemuda yang sukses menempatkan diri mereka di hatinya—

Barulah Jungkook kembali menangis.

Menangis deras sampai air matanya membasahi boneka kelincinya.

Menangis, berharap rasa hampa di hatinya menghilang.

Malam itu Jungkook menangis, melepas cinta yang tidak mungkin terwujud.

***
TBC

Chasing Stars .・゜゜・Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang